09 Maret
Bagian 6 dari “Have I?”
cw // expletives, liquor, alcohol, drunk
“Kenapa ada Sunwoo, anjrit?!” bisik Haknyeon panik kepada Changbin yang duduk di sebelahnya di night club besok malamnya.
“Loh? Gue kira lo deket sama kelompok mereka, jadi ya gue undang aja,” jawab Changbin bingung sambil menatap Sanha, Bomin, Eric, dan—tentu saja—Sunwoo, yang duduk di sebelah mejanya, San, Hwiyoung, dan sang birthday boy, Haknyeon.
“Dia nggak kuat minum, Bin!”
“Eh masa?! Nggak ketampangan.” Changbin melirik meja sebelah yang penghuninya mulai berkurang karena … well, they’re all single and ready to mingle.
“Ya udah lo awasin dia aja biar minumnya nggak kebanyakan. Gue mingle dulu, ya! Bhay!”
Haknyeon hanya menggeleng lelah saat Changbin, San, dan Hwiyoung meninggalkan meja mereka. Ia melirik ke meja sebelah dan melihat bahwa Sunwoo tetap berada di tempatnya sambil menatap gelas berisi minuman di hadapannya.
“Jangan minum kebanyakan!” seru Haknyeon, berusaha mengimbangi suara musik latar. Sunwoo menoleh ke arahnya dan mengernyitkan dahi. Pemuda itu melihat ke belakang, kembali melihat ke arah Haknyeon, lalu menunjuk dirinya sendiri.
“Gue?” Haknyeon dapat membaca gerak bibirnya. Ia menjawab dengan sebuah anggukan. Mengumpulkan tekad, Haknyeon membawa gelas serta botol di depannya dan beranjak mendekati tempat Sunwoo duduk.
“Jangan minum kebanyakan,” ulang Haknyeon saat ia sudah duduk di sebelah Sunwoo. Pemuda di sebelahnya terlihat sedikit tersipu. Atau mungkin hanya pengaruh alkohol. Atau mungkin itu hanya keinginan Haknyeon untuk melihat Sunwoo tersipu karena dirinya.
“Ini cocktail non alkohol kalo lo mau tau. Gue udah janji sama ortu kalo gue cuma bakal minum di rumah, di depan mereka.”
Haknyeon tersenyum lembut. “Anak baik,” katanya sambil menepuk-nepuk kepala Sunwoo yang wajahnya kembali bersemu merah.
“Lo yang mulai mabok kayaknya,” gerutu Sunwoo untuk menutupi rasa rikuhnya. Haknyeon tertawa kecil.
“Maybe a little.”
“Cewek lo kok nggak diajak?” tanya Sunwoo pelan.
“Siapa?” pancing Haknyeon pura-pura tidak tahu.
“Kak Yerim.” Haknyeon terdiam sejenak, mempertimbangkan apakah ia harus mengatakan hubungannya yang sebenarnya dengan Yerim atau tidak.
“Boys days out,” jawab Haknyeon asal pada akhirnya.
“Oh.”
Dan mereka kembali terdiam. Masing-masing larut dalam minuman dan pemikirannya masing-masing.
Rasa gugup karena berada di sebelah Sunwoo tanpa mengobrol apapun membuat botol Johnnie Walker di depan Haknyeon sudah kosong hampir setengahnya. Meskipun berusaha menahannya, namun keinginannya untuk mengoceh—kebiasaannya saat mabuk—sangat besar saat itu.
“我有说过吗? 你的眼睛那么美¹,” ucap Haknyeon sambil melihat ke arah Sunwoo dan tersenyum lembut.
“Hah? Gimana? Gue nggak ngerti lo ngomong apaan, Kak,” respons Sunwoo sambil melihat ke arah Haknyeon dengan bingung.
“你的眼睛让我想起了那些黑色的宝石,比所有可以看到的更美丽!²”
Haknyeon kembali berbicara dengan bahasa yang sama sekali tak Sunwoo mengerti artinya. Oh, Sunwoo tahu bahwa Haknyeon fasih berbahasa Mandarin, tapi Sunwoo sama sekali tidak mengerti selain wǒ, nǐ, dan xièxiè. Hmm … Sunwoo juga mengerti ‘wǒ ài nǐ’, sih.
“Seriusan, Kak … gue sama sekali nggak ngerti lo ngomong apaan!” protes Sunwoo mulai kesal.
Sekalinya bisa ngobrol berdua kok ya nggak ada subtitle-nya begini?! gerutu Sunwoo dalam hati.
“I fucking love you, you little shit!” seru Haknyeon cukup keras dengan nada frustrasi, sampai terdengar oleh sisa rombongan mereka yang lain, yang baru saja kembali ke meja untuk sedikit beristirahat dari kegiatan mingle mereka.
“Oh. Eh ….”
Tidak yakin bagaimana harus membalas kata-kata Haknyeon itu, Sunwoo hanya menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal sambil menatap Haknyeon yang sudah tersungkur tidak sadarkan diri di meja.
¹ [Wǒ yǒu shuō ma? Nǐ de yǎnjīng nàme měi.] Gue pernah bilang nggak sih? Mata lo cantik banget.
² [Nǐ de yǎnjīng ràng wǒ xiǎngqǐle nàxiē hēisè de bǎoshí, bǐ suǒyǒu kěyǐ kàn dào de gèng měilì!] Mata lo ngingetin gue sama batu permata yang warnanya hitam, lebih indah dari semua yang bisa dilihat!
©️aratnish'22