15 Februari

Bagian 5 dari “Broken Hearts Day”

cw // drunk

Sunwoo tidak tahu siapa yang memulai atau siapa yang mencanangkan, tapi yang ia tahu tanggal 15 Februari adalah hari Patah Hati, hari dimana orang-orang yang tidak memiliki pasangan pada hari Valentine berpesta untuk mengasihani diri sendiri.

Pesta apaan? Gue tinggal mengasihani diri sendiri aja. Kepala gue udah pening gini. Mampus dah ini kepala rasanya kosong banget. Ujian nanti gimana ceritanya?!

Sunwoo merutuk dalam hati sambil memejamkan matanya di mobil Eric.

“Kenapa, lo? Ngantuk? Belajar sampe jam berapa, dah?”

“Nggak. Agak nggak enak badan aja. Pusing.”

“Eh seriusan? Kalo sakit, minta ujian susulan aja bisa, kali? Nggak usah dipaksain harus sekarang, daripada malah makin tumbang nanti.” Sunwoo menggeleng.

It’s okay. Tidurnya nggak bener aja gue semalem.” Eric terdiam dan sedikit-sedikit mencuri pandang ke arah penumpangnya.

“Lo galau gara-gara kemaren gue bilang Kak Juhak pacaran sama Kak Yerim?”

“Nggak usah sebut-sebut nama mereka, Ric. Kepala gue makin pusing.”

“Oke. Oke. Sorry.”


“Ruangan ujian lo di mana?” tanya Eric saat mereka sampai di gedung perkuliahan umum.

“Lantai enam. Lo di mana?”

“Lantai dua.”

“Jiah. Enak banget. Gue harus naik lift.” Eric tertawa sambil menepuk bahu sahabatnya, tahu bahwa pemuda itu memiliki sedikit ketakutan untuk menaiki lift.

Good luck, ya! Nanti selesai ujian langsung ketemu di depan TU aja ya untuk ngurus KRS.”

Noted.”

Dan mereka berdua pun berpisah jalan. Eric menuju tangga, Sunwoo menuju lift.

Ya Tuhan … pusing banget seriusan. Mual banget ini. Nyesel gue semalem minum. Lantai enam jauh banget deh perasaan, nggak sampe-sampe gini.

Sunwoo hampir saja terjatuh saat melangkahkan kaki keluar dari lift. Wiski yang diminumnya semalam masih membuat kedua kakinya terasa seperti agar-agar, yang menyebabkan langkahnya terasa sangat ringan dan lantai di bawahnya terasa seperti kapas saat diinjak.

Setelah berusaha berjalan dengan biasa, yang membutuhkan banyak perjuangan, akhirnya Sunwoo pun sampai di ruang kelas tempat ia akan melaksanakan ujian hari itu. Tanpa pikir panjang, Sunwoo langsung duduk di kursi kosong yang paling dekat dengan pintu, sesuatu yang biasa ia hindari, karena biasanya ia akan duduk di pojok belakang kelas. Pemuda itu kemudian mempersiapkan alat tulisnya dengan cermat, sambil berharap bahwa setidaknya ada beberapa soal yang dapat ia jawab dengan otak yang hanya mampu bekerja seadanya karena masih dipengaruhi oleh alkohol.

Lembar jawaban dibagikan, disusul dengan lembar soal. Dan pada saat pengawas ujian mengumandangkan kata ‘mulai’, suara gemerisik kertas terdengar di sana-sini. Di setiap bangku terlihat mahasiswa dan mahasiswi sibuk mengisi identitas diri mereka di lembar jawaban. Hanya satu mahasiswa yang terlihat termangu dengan tangan membeku di atas kertas sambil menggenggam pena. Satu pertanyaan menjerit di benaknya,

Nama gue siapa, anjir?!!


Perjalanan dari ruang ujian ke kantor TU di gedung seberang tidak menjadi lebih baik bagi Sunwoo. Kepalanya tetap pusing, malah bertambah pusing karena stress memikirkan jawaban-jawaban soal ujiannya, belum lagi perjalanan turun menggunakan lift yang sangat menyiksa kepala dan perutnya. Pemuda itu berjalan keluar dari gedung perkuliahan umum itu dengan langkah lunglai. Pada saat ia berada di taman tengah di antara gedung perkuliahan umum dan gedung fakultasnya, ia mendengar seseorang berteriak memanggil namanya.

“Sunwoo!!!”

Sunwoo menoleh ke arah sumber suara dan melihat Eric melambaikan tangan ke arahnya dari lantai dua. Di sebelahnya, ada Haknyeon yang menatapnya dengan datar.

“Eriigiii! Kak Haknyeoniiieee!” teriak Sunwoo sambil melompat-lompat kecil dan melambaikan kedua tangannya dengan semangat. Satu detik kemudian ia berlari kecil ke arah tangga gedung fakultasnya.

Oke. Salahkan alkohol yang masih bersemayam di sistem tubuh Sunwoo.

Haknyeon berdecak dan menggeleng kecil.

“Si Sunwoo kenapa, dah? Tadi pagi katanya pusing, nggak enak badan,” kata Eric bingung.

“Lo tadi pagi pergi bareng dia?” tanya Haknyeon pelan. Eric mengangguk. “Nanti pulang langsung anterin dia pulang ya, jangan mampir-mampir.”

“Eh? Kenapa, Kak?”

“Dia mabok.”

“Hah?”

“Udah, percaya aja sama gue. Gue udah lebih lama kenal dia daripada lo.” Setelah berkata demikian, Haknyeon pun berbalik untuk pergi.

“Mau ke mana, Kak?”

“Balik.”

“KRS-nya?”

“Udah beres.” Sambil melambaikan tangan, Haknyeon berjalan ke arah tangga turun, berlawanan dengan arah kedatangan Sunwoo.

“Yaaah … Kak Juhak mana?” tanya Sunwoo kecewa pada saat ia sampai di sebelah Eric. Sahabatnya itu memicingkan mata menatap Sunwoo.

Masa iya sih dia mabok? Tapi … emang kelakuannya aneh, sih.

“Udah pulang. Yuk buruan urus KRS-nya, udah gitu kita pulang.”

“Nongkrong dulu yuk, Ric!”

“Nggak. Langsung balik.”

“Yaaah Eriiic … kenapaaa?” rengek Sunwoo. “Ini ‘kan hari terakhir kita ujiaaan.”

“Pokoknya langsung pulang! Gue pengen bayar utang tidur.”

Walaupun sambil memajukan bibirnya, Sunwoo akhirnya setuju. “Ya udah.”


©️aratnish'22