bagaimana choiji menjaga kim

Bagian 07 dari “Eternity”

“Kak Chanhee, salted caramel cake-nya nggak ada di menu, jadi gue beliin choco cake aja, nggak apa-apa?” tanya Sunwoo saat memasuki ruang makan mereka pagi itu sepulang ia kerja.

“Nggak apa-apa, Sunwoo! Mana? Mana? Coba liat!”

“Eh? Dari Arani?”

“Kak Changmin tau?”

“Karyawan cewek di kantor pada heboh, katanya cake-nya enak, terus yang ngejaga tokonya juga pada cakep,” kekeh Changmin sambil mengeluarkan satu potong choco cake dari dalam box.

“Ini yang cheesecake punya lo?” Chanhee menyodorkan satu potong cake yang tersisa di dalam box ke arah Sunwoo.

“He-eh. Tadi dikasih bonus sama yang jualnya.”

“Kok bisa?” tanya Changmin bingung. “Lagi ada promo?”

“Err ….” Chanhee dan Changmin ternganga saat melihat wajah si yang paling muda itu bersemu merah. Another out of character thing from the high and mighty Kim Sunwoo. “... I’m kinda thrown up when I entered that shop,” lanjut Sunwoo malu-malu.

Oh gosh! Are you okay right now? Kenapa tadi nggak langsung pulang? Kenapa lo malah maksain kerja?” cecar Changmin khawatir sambil meletakkan tangannya di dahi Sunwoo untuk mengecek suhu tubuhnya, sementara Chanhee bergerak ke arah pantry untuk membuat minuman hangat.

“Gue bikinin teh jahe, ya?” tawarnya. “Sama mau gue bikinin makanan anget apa? Bubur? Sop?”

“Gue sekarang nggak apa-apa, Kakak-kakak. Tadi malem yang punya toko udah ngasih teh jahe sama biskuit tawar, kok. Makanya gue dikasih bonus cheesecake. Dia kira gue sakit, padahal PTSD gue kumat waktu masuk situ.”

“Lo aneh-aneh, sih! Udah! Nggak usah ke sana lagi!” Chanhee kembali ke tempat duduknya di seberang Sunwoo.

“Tapi yang jual udah janji kalo hari ini dia bakal bikin salted caramel cake, Kak.” Wajah Chanhee menyiratkan bahwa ia meragukan keputusannya sebelumnya, membuat Sunwoo mendengus geli.

“Lo curang!” makinya. “Ya udah, nggak apa-apa ke sana lagi, tapi lo harus lebih bisa jaga diri. Kalo kejadian kayak tadi malem keulang lagi, lo langsung pulang! Nggak usah kerja! Nanti gue yang mintain izin ke manajer lo.”

“Astaga, Kak. Gue bukan anak kecil yang harus dimintain izin sama orang tuanya kalo nggak masuk sekolah!” gerutu Sunwoo dengan wajah memerah. Tidak biasa dengan afeksi yang diberikan oleh orang lain.

“Sebenernya apa sih Sun yang pengen lo pastiin di sana?” tanya Changmin sebelum memasukkan satu suap choco cake ke dalam mulutnya. “Mmm~ enak bangeeet!” gumamnya senang.

Sunwoo terdiam, seolah menimbang sejauh apa ia harus menceritakan pemikiran dan pengalamannya.

“Mm … yang jual.”

“Yang jual kenapa?” tanya Chanhee bingung.

“Ya itu yang pengen gue pastiin. Yang jual.”

“Bisa nggak sih, nggak setengah-setengah gitu ceritanya?” protes Changmin dengan mulut penuh cake, membuatnya lebih terlihat lucu daripada menyeramkan, hingga membuat Sunwoo tertawa kecil sebelum menjawab,

“Yang jual ini mirip sama seseorang di masa lalu gue.”

Baik Chanhee dan Changmin langsung menghentikan kegiatan makan mereka dan melihat Sunwoo dengan tatapan yang tidak bisa Sunwoo artikan.

“Kok pada diem? Tadi nanyanya maksa banget padahal,” kekeh Sunwoo.

“Dia … atua juga?” tanya Chanhee dengan pelan pada akhirnya. Sunwoo menggeleng.

“Nggak mungkin. Gue liat sendiri waktu dia meninggal dulu. Dan gue pasti ngerasa sih kalo ada atua baru di wilayah yang ada di dalam barrier gue.”

“Jadi … reinkarnasi?” Sunwoo mengedikkan bahunya sebagai jawaban atas pertanyaan Changmin.

“Itu yang pengen gue pastiin. Bisa reinkarnasi, tapi bisa juga salah satu dari keturunan seseorang di masa lalu gue itu.”

“Emangnya dia siapa, Sun? Di kehidupan lo dulu, maksud gue.”

“Eh? Udah jam segini, lho! Kakak-kakak nggak kerja? Nanti bisa telat kalo nggak buru-buru berangkat.” Sunwoo mengelak untuk menjawab pertanyaan Chanhee.

Semakin mengerti bahwa Sunwoo belum bisa—mau—terbuka kepada mereka berdua, Chanhee dan Changmin pun mengikuti alur pembicaraan yang ditawarkan oleh atua itu.

“Gue berangkat bentar lagi. Changmin ngambil cuti dua hari ini.”

“Cuti? Tumben, Kak?” tanya Sunwoo terkejut.

“Jagain lo, takut ada apa-apa. Lagian gue juga udah lama nggak ngambil cuti. Sekalian istirahat, lah. Abis gue cuti, gantian Chanhee yang cuti.”

“Eh? Gue beneran nggak apa-apa, Kak.”

“Udah diem. Anak kecil nurut aja.”

“Gue yang paling tua loh ya.”

“Jangan mentang-mentang udah paling lama jadi atua, terus lo jadi yang paling tua. Umur tahuti lo tetep yang paling muda,” serang Chanhee, yang membuat Sunwoo memajukan bibirnya beberapa sentimeter.

Changmin terkekeh geli melihat pemandangan di depannya itu. Chanhee dan Sunwoo memang sudah langganan untuk beradu argumen kapanpun dan di manapun, tentang apapun.

“Udah. Udah. Chanhee, lo mending berangkat sekarang. Bener kata Sunwoo, nanti keburu lo telat. Ini meja makan biar gue yang beresin. Sunwoo, lo tidur sana.”

“Gue nggak ngantuk, Kak. Gue bantuin beresin.”

“NU-RUT!” tegas Chanhee dan Changmin bersamaan.

“Iya. Maaf.”


Changmin beranjak menuju kamar Sunwoo setelah ia selesai menyiapkan makan siang bagi mereka berdua.

“Sun, makan siang udah gue siapin. Yuk, makan dulu.” Tidak ada jawaban dari dalam kamar.

“Sun?” panggil Changmin lebih keras. Masih tetap tidak ada jawaban.

Masih tidur kali, ya? Kemaren aja dia baru bangun waktu gue gedor pintunya, pikir Changmin sambil berjalan menjauhi kamar Sunwoo. Ya udah deh gue makan duluan aja.

“Makan sendirian sepi amat, anjir,” rutuk Changmin sambil memasukkan suapan terakhir makan siangnya ke dalam mulut. Melihat jam yang baru menunjukkan pukul satu siang lebih sepuluh menit, Changmin mengernyitkan dahinya.

“Ngapain lagi, ya? Kebiasaan kerja rodi, sekalinya cuti bingung deh gue mau ngapain,” monolognya sambil mencuci piring.

“Oh! Bikin serum aja, kali ya? Rasanya persediaan gue udah menipis.”

Semangat karena ada hal yang bisa dikerjakannya selain tidur-tiduran, membaca buku, atau menonton televisi, Changmin beranjak menuju laboratorium mereka di ruang bawah tanah rumah itu. Sebenarnya tidak sepenuhnya bisa dikatakan sebagai laboratorium, sih, karena ruang itu hanya ruang biasa tempat mereka membuat serum penghilang taring.

Membuka pintu dengan penuh percaya diri, Changmin membeku saat melihat siapa yang sedang berdiri di dalam ruangan dan mengaduk cairan di dalam kuali kecil di depannya.

“Sun?”

“Eh? Kak Changmin? Mau bikin serum juga?”

“Iya,” jawab Changmin linglung. “Gue kira lo masih tidur.”

“Udah bangun dari dua jam yang lalu, kok. Terus ya gue ke sini aja. Udah lama nggak bikin serum, jadi berasa bego.” Sunwoo tertawa kecil di akhir kalimatnya.

“Oh.”

“Gantian nggak apa-apa, Kak? Ini gue bentar lagi beres, kok.”

“Oke.” Menggaruk kepalanya dengan bingung, Changmin menambahkan, “Kalo gitu gue nunggu di ruang TV aja, ya? Kalo lo udah selesai, kasih tau gue aja.”

“Oke, Kak.”

Masih dengan ekspresi bingung, Changmin menutup pintu ruangan itu dan beranjak ke ruang keluarga tempat biasa mereka menonton televisi.


©️aratnish'22