Bersama — 32. i like it when you called me....

⚠️ content warnings 🔞

cursing, vulgar, explicit and harsh words, after care service


Sunwoo keluar kamarnya secara perlahan, tidak ingin membangunkan penghuni rumah yang lain, tapi ….

“Anjing, Yuna! Ngapain lo di situ?!” maki Sunwoo pelan saat melihat Yuna sedang duduk di depan televisi tempat ia seharusnya tidur, sambil mengenakan masker berwarna hitam.

“Maskeran, lah! Lo pikir gue nyate di sini?! Ah lo mah Bang, jadi aja masker gue rusak!” gerutu Yuna kesal, tapi kemudian matanya turun ke arah selangkangan kakaknya—yang menggembung di balik celana training longgar yang dikenakannya—dan ia pun tertawa tertahan.

“Lo diusir sama Bang Hakkie karena mau mesum, yak?” godanya.

“Ngaco! Udah ah, gue mau ngambil waslap dulu, kasian Haknyeon nunggu.”

Diiringi tatapan tertarik adiknya, Sunwoo pun beranjak ke kamar mandi yang ada di satu lantai dengan kamarnya dan kamar Yuna. Lantai dua memang merupakan daerah kekuasaan Sunwoo dan adiknya.


“Hak … jangan tidur dulu, ini dibersihin dulu,” bisik Sunwoo sambil mengguncang pelan tubuh Haknyeon yang kini sudah memejamkan matanya.

“Mmm … ngantuk, Sun …. Matiin lampunya, ‘napa? Silau,” gerutu Haknyeon karena Sunwoo sudah menyalakan lampu kecil di samping tempat tidurnya.

“Iya, maaf … tapi kalo nggak dinyalain, gue nggak bisa ngebersihin lo. Abis ini gue matiin, terus lo tidur, ya.”

“Hm-mm,” jawab Haknyeon tetap dengan mata terpejam, sementara Sunwoo membersihan lelehan ejakulasi di badan pria itu yang sudah mulai mengering di beberapa titik.

Setelah yakin ia telah membersihkan semuanya, Sunwoo menarik lepas celana Haknyeon yang berada di lututnya.

“Mau ngapain lo?!” tanya Haknyeon sedikit panik seraya membuka matanya lebar-lebar.

“Mau ngeganti celana dalem lo. Basah ini … lo nanti nggak nyaman tidurnya. Lo nyimpen celana dalem di mana?” tanya Sunwoo sambil menunjuk tas pakaian Haknyeon.

“Di kantong kanan.”

Sunwoo mengambil satu celana dalam bersih dan beranjak kembali ke tempat Haknyeon terbaring, sambil membawa kaus tidur Haknyeon yang sebelumnya ia lempar.

“Diangkat dulu pinggulnya, yuk … ini nanti nggak bisa masuk celananya,” bujuk Sunwoo kepada Haknyeon yang sepertinya sudah sangat malas untuk bergerak.

“Haknyeon … sayang, ayo nurut bentar biar enak kamu tidurnya,” bujuk Sunwoo lagi yang akhirnya dituruti oleh Haknyeon.

I like it when you called me ‘sayang’,” gumam Haknyeon setengah mengantuk. Sunwoo tersenyum.

I like it too. Sekarang pake kaosnya ya, biar lo nggak masuk angin. Here, angkat tangan lo.” Sunwoo dengan telaten mempersiapkan Haknyeon supaya pria itu dapat tidur dengan nyenyak.

“Nah, udah beres. Sekarang lo tidur, ya? Good night, Haknyeon.” Haknyeon tersenyum saat Sunwoo mengecup dahinya.

Good night, Sunwoo ….” Dan ia langsung terlelap.

Sunwoo mematikan lampu kecil dan beranjak keluar kamar dengan perlahan. Ia benar-benar harus mandi air super dingin saat itu juga.


“Ngapain lo mandi malem-malem, Bang?” goda Yuna saat dirinya keluar dari kamar mandi.

“Menurut lo?” tantang Sunwoo, yang membuat Yuna tertawa.

“Sange ya lo? Trus nggak dikasih jatah sama Bang Hakkie.”

“Tet-tot. Salah. Haknyeon mau ngasih, tapi gue yang nggak mau.”

“Kok? Tumben? Nggak mungkin udah impoten, ‘kan? Masih bisa ngaceng gitu juga tadi.”

“Hush! Mulut lo, ya! Coba jangan serem gitu ah ngomongnya!”

“Ya abis? Kok tumben lo nolak?”

“Sejelek apa sih reputasi gue di mata lo?” tanya Sunwoo heran sambil menggelengkan kepalanya. Lagi, Yuna tertawa geli. Ia senang menggoda kakaknya itu. Bahagia karena mereka sudah bisa menjadi dekat seperti sekarang.

“Gue seneng lo udah punya pacar lagi, Bang,” cetus Yuna pelan.

“Haknyeon bukan pacar gue.”

“Hah?! Apaan dah? FWB-an lo berarti?”

“Ya enggak!”

“Terus?”

“Gue belom nembak dia.”

“Belom nembak tapi udah bobo-bobo bareng. Tidak betul kau, anak muda!”

“Lo lebih muda dari gue, kunyuk!” sembur Sunwoo sambil menoyor pelan kepala Yuna. “Gue…gue pengen dia nyaman dulu sama identitas dia, sama gue, lalu baru gue ajak serius.”

“Tumben lo serius gini mikirnya, Bang? Karena udah makin tua ya lo?” Sunwoo menggeleng sambil menghela napas.

“Udah cukup lah gue maen-maennya dulu. Tapi…menurut lo Haknyeon gimana?”

“Anaknya baik, seru, ngeladenin, dan bisa ngertiin lo banget kayaknya. Gue kaget dia ngusulin supaya lo bawa fotonya Bang Eric ke apart.”

“Gue juga kaget, anjir! Mana ada orang yang nyuruh orang yang lagi deket sama dia untuk bawa-bawa foto mantan.” Yuna tertawa bersama Sunwoo.

“Yang jelas, selama dia bisa bikin lo bahagia, gue, Ayah, sama Bunda selalu ngedukung lo, Bang.” Sunwoo terdiam.

Thanks, Na,” respons Sunwoo pelan.

“Dih. Gue jadi mellow. Udah ah, gue mau tidur. Lo juga tidur, gih!”

“Lah? ‘Kan gue jatahnya tidur di sini malem ini?”

“Ah elah, kayak yang penurut aja lo. Udah sana tidur di kamar! Kalo mau macem-macem juga nggak apa-apa, nggak akan gue laporin ke Ayah sama Bunda. Asal jangan berisik!”

Pandangan Sunwoo mengikuti gerakan adiknya yang memasuki kamar. Beberapa menit kemudian, ia pun berdiri dan beranjak memasuki kamarnya.


“Sunwoo?” panggil Haknyeon pelan saat Sunwoo memasuki kamarnya secara perlahan.

“Iya. Kok bangun lagi?”

“‘Kan gue udah bilang, kalo di tempat baru, gue nggak bisa langsung tidur nyenyak. Lo juga ke mana, sih?”

“Abis mandi air dingin, trus ngobrol bentar sama Yuna.”

“Oh.”

“Selimutannya yang bener, nanti masuk angin,” perintah Sunwoo sambil menyusup ke balik selimut juga. Haknyeon bergerak mendekatinya.

“Peluk.” Sunwoo terkekeh atas sikap manja Haknyeon itu.

“Iya. Sini.” Menarik Haknyeon mendekat, ia pun memeluk pria itu, dan memejamkan mata diselimuti dengan aroma citrus dari presensi Haknyeon di dekapannya.


aratnish’21