dating berkedok hangout

Bagian 17 dari “Eternity”

Dan keesokan harinya, sampailah mereka di cafe ketiga pada sesi dating berkedok hangout itu.

“Kamu nggak akan sakit gigi dari tadi makan dessert terus? Nih makan ini juga, biar imbang, nggak gula semua yang dikonsumsi.” Sunwoo mendorong piring berisi fish and chips miliknya.

“Kamu nanti makan apa?” tanya Haknyeon sambil mengambil sebuah kentang.

“Ngeliat kamu makan aja, aku udah kenyang.” Sunwoo tertawa saat melihat Haknyeon memberengut.

“Ngeledek banget. Bilang aja aku makannya banyak.”

“Ya bagus, 'kan? Tandanya kamu sehat, nafsu makannya bagus.” Haknyeon hanya mendengus pelan sebagai respons. Salah tingkah.

“Kamu juga dari tadi minum kopi terus. Nih, minum punyaku aja.” Haknyeon menukar cangkir kopi Sunwoo dengan gelas berisi jus jeruk miliknya. Yang dinasihati hanya tersenyum kecil tanpa memprotes apapun.

Sesaat mereka hanya terdiam sambil menikmati hidangan masing-masing yang telah ditukar untuk menyeimbangkan asupan yang masuk ke dalam tubuh.

“Mmm …,” guman Haknyeon ragu-ragu.

Gimana ngomongnya, ya? Pembukaannya gimana? pikir Haknyeon bingung. Ia sudah menunda niatan awalnya untuk mengungkapkan perasaannya pada Sunwoo sampai di cafe ketiga ini. Jujur saja, ia bahkan sudah tidak sanggup lagi untuk memakan cake apapun, maka dari itu ia sangat bersyukur saat Sunwoo memintanya memakan fish and chips miliknya.

“Kenapa?” tanya Sunwoo saat Haknyeon tidak mengatakan apa-apa lagi.

Cheesecake-nya enak?”

“Lumayan. Lebih enak buatan kamu sih tapinya.”

“Oh.” Haknyeon memainkan kepingan kentang di piringnya.

“Kenapa, Haknyeon?”

It's now or never, putus Haknyeon setelah berpikir cepat.

“Sun?”

“Ya?”

“Kamu suka sama aku?”

“Suka,” jawab Sunwoo tenang. “Kamu baik, kamu ceria, kamu berbakat. It feels so nice to be around a nice friend like you,” lanjutnya sambil tersenyum. Haknyeon merasa bodoh karena sempat merasa senang.

Oh. Cuma suka sebatas temen aja.

“Emangnya kenapa, Hak?”

“Aku suka sama kamu.”

Thank you.” Sunwoo tidak ragu untuk menampakkan senyum bahagianya, membuat Haknyeon gemas karena sepertinya lawan bicaranya itu tidak berada satu frekuensi dengannya.

“Kamu tuh ngerti nggak, sih? Aku tuh suka sama kamu. Suka banget banget banget. Aku nggak mau cuma jadi temen, pengennya jadi cowok kamu!”

BBRRUUUUPPTT

Jus jeruk yang tadinya berada di dalam mulut Sunwoo, kini berpindah ke wajah Haknyeon saat ia terkejut mendengar pengakuan berapi-api dari pemuda di depannya. Sesaat keduanya terdiam dengan wajah terkejut. Jus jeruk menetes dari wajah Haknyeon dan dagu Sunwoo, menemani canggung yang tercipta. Haknyeon adalah yang pertama tersadar dari situasi canggung itu.

Okay, that's such an answer. Dengan hati pedih, Haknyeon membersihkan wajahnya.

“Hak … maaf, aku nggak sengaja …,” sesal Sunwoo.

“Iya Sun, nggak apa-apa. Omongan gue tadi nggak usah dianggep serius. Sugar rush doang kayaknya.”

“Hak?” Sunwoo terkejut mendengar panggilan yang digunakan Haknyeon.

“Oh iya, abis dari sini gue mau pergi ke satu tempat dulu. Sendiri. Lo pulang duluan aja nggak apa-apa. Thanks udah mau nemenin gue hari ini.” Dengan tergesa, Haknyeon membereskan semua barang bawaannya.

“Eh? Hak? Kenapa? Mau ke mana?”

Sorry udah ganggu hari libur lo.”

Tidak bisa lagi membendung air matanya, Haknyeon segera berdiri dari kursinya dan berlari ke luar cafe, tidak mengindahkan teriakan bingung Sunwoo yang memanggil namanya.


Bodoh! Bodoh! BODOH! Hakkie bodoh! Harusnya lo nggak nanya gitu! Harusnya sabar aja nunggu sinyal dari Sunwoo! Kalo udah gini 'kan jadinya awkward banget! Mana sempet disembur jus jeruk, pula! Sedih banget! gerutu Haknyeon dalam hati sambil berlari dan meneteskan air mata, membuat orang-orang yang berpapasan dengannya mengernyit heran.

“Haknyeon! Tunggu!”

Ngapain pake ngejar, sih?! Udah sih biarin aja gue kabur dengan tenang, mumpung masih ada sisa harga diri. Haknyeon berusaha menambah kecepatan larinya, tapi sesuatu dalam dirinya membuat ia memperlambat langkahnya.

Tapi … mau seburuk apapun hasilnya, gue harus nyelesein ini bener-bener. Gue nggak boleh lari.

“Kenapa tiba-tiba lari, sih?” tanya Sunwoo, yang sudah berhasil mengejarnya, dengan napas terengah. Haknyeon berbalik dan menatap Sunwoo tepat di maniknya dengan mata yang masih berkaca-kaca.

“Eh? Kenapa? Kok nangis? Iya, aku salah tadi … maaf, ya? Jangan nangis lagi,” ucap Sunwoo sambil menghapus air mata yang tersisa di pipi Haknyeon. Bukannya mereda, air mata yang keluar dari netra Haknyeon malah semakin banyak.

“Eeeh? Kok makin nangis?”

“Aku suka kamu, Sunwoo,” isak Haknyeon kecil.

“Iya, tadi 'kan kamu udah bilang. Aku juga suka kamu, Haknyeon.”

“Tapi beda!”

“Beda gimana?”

“Pokoknya beda!”

“Aku nggak ngerti, Hak. Yuk kita cari tempat ngobrol dulu, jangan di tengah jalan gini. Tuh liat, kita udah jadi tontonan gratis. Daripada nangis, mending kita tarikin uang buat yang udah nonton, yuk? Lumayan, bisa buat beli cake lagi.”

Haknyeon tidak percaya bahwa dirinya masih bisa tertawa mendengar lelucon Sunwoo itu. Perlahan, ia menghapus air matanya.

“Iya, ayo ngobrol.” Sunwoo melihat sekeliling.

“Kita ngobrol di taman itu aja, ya?” Haknyeon melihat ke arah taman yang ditunjuk oleh Sunwoo. Tidak terlalu jauh dan tidak banyak orang berada di sana saat itu.

“Ayo.”

Haknyeon beranjak mendahului Sunwoo, namun langkahnya terhenti karena Sunwoo menggenggam tangannya. Tanpa berkata-kata, Haknyeon melihat ke arah laki-laki yang sedikit lebih tinggi darinya itu.

“Kalo nggak dipegangin, nanti kamu lari lagi. Aku udah nggak punya tenaga buat ngejar kamu,” jawab Sunwoo pada pertanyaan di netra Haknyeon.

Menunduk untuk menyembunyikan wajahnya yang bersemu merah, Haknyeon mengikuti Sunwoo yang membimbingnya menuju taman.

Tidak ada yang bersuara di antara keduanya setelah mereka duduk di salah satu bangku di taman.

Dan Sunwoo masih belum melepaskan genggaman tangannya.

“Jadi, kenapa kamu nangis? Karena aku sembur pake jus jeruk, ya? Maaf ya … aku beneran nggak sengaja. Kena mata ya tadi?” Akhirnya Sunwoo membuka suara terlebih dulu.

“Kamu segitu nggak sukanya ya, aku suka sama kamu? Nggak suka banget aku pengen jadi cowok kamu? Kamu nggak suka cowok, ya?” Hati Haknyeon mencelos saat Sunwoo terdiam cukup lama. Ingin rasanya ia melarikan diri lagi, tapi ia sudah bertekad untuk menyelesaikan semuanya saat itu.

“Kaget. Bukan nggak suka,” jawab Sunwoo pelan.

“Gimana maksudnya?”

“Kaget, soalnya kamu ngomongnya mendadak banget. Aku kira kamu nggak punya perasaan yang lebih dari temen ke aku, makanya aku nggak pernah berharap lebih. That's why aku nggak nyangka banget waktu kamu ngomong gitu.”

“Jadi … aslinya seneng?”

“Seneng! Banget! Udah nggak bisa diungkapin sama kata-kata. Kalo boleh jujur, aku selalu deg-degan kalo kamu ke OW. Deg-degan seneng sama deg-degan takut.”

“Takut kenapa?”

“Takut kamu CLBK sama Bang Hyunjae, sementara aku nggak ada hak apa-apa untuk cemburu atau ngelarang-larang kamu.”

“Aku sama dia udah beneran nggak ada apa-apa, Sun.”

“Iya, Bang Hyunjae juga kemaren ngomong gitu.” Sunwoo terdiam. “Jadi … aku boleh punya hak untuk cemburu?”

Wajah Haknyeon mulai bersemu merah. “Boleh.”

“Boleh pegangan tangan juga tanpa harus modus dengan alasan mau nyebrang jalan?”

“Boleh banget.”

Wajah keduanya kini sudah benar-benar memerah.

Astaga! Gue kayak remaja baru gede yang baru pertama kali pacaran! pikir Haknyeon geli.

Sambil menautkan jemari mereka dalam genggamannya dan duduk menghadap Haknyeon, Sunwoo menatap manik mata lelaki itu dalam-dalam.

“Haknyeon maunya gimana sekarang?” tanyanya dengan suara rendah. Haknyeon membalas tatapan intens lelaki di sebelahnya.

“Mau jadi cowoknya Sunwoo,” jawab Haknyeon tegas. Sunwoo mengangguk sambil tersenyum.

“Sunwoo juga mau banget jadi cowoknya Haknyeon.”


©️aratnish'22