Garasi

Bagian 04 dari “Ghost Story”

“Gue dari dulu selalu sirik kalo ada orang yang bisa ngeliat hal-hal halus kayak gitu.” Rizqi mengakui dengan suara pelan.

“Kenapa?” tanya Jodi penasaran.

“Ya ... kayak yang keren aja gitu, tau kalo di alam yang luas ini kita nggak sendirian, bahwa ada makhluk lain juga yang ikut tinggal di sini.

Mostly keluarga gue pada bisa ngeliat hal-hal kayak gitu, bisa ngerasain lah minimal. Mereka kalo ngobrol tuh kayak yang seru, and I'm a little bit felt ... left out?”

“Karena jadinya nggak diajak ngobrol?” tanya Narendra.

“Enggak juga, sih. Mereka selalu mengikutsertakan gue kalo ngobrol, tapi tetep aja rasanya beda. Mereka yang cerita berdasarkan pengalaman, sama gue yang cerita cuma berdasarkan nonton atau baca.”

“Tapi ... pada akhirnya lo ngalamin juga nggak? Kejadian mistis gitu?” tanya Hanggara.

Rizqi mengangguk. “Pernah. Sekali. Dan waktu itu bukan cuma gue aja yang ngeliat, tapi nyokap gue juga.”

“Oh ya?!” komentar semuanya terkejut. Termasuk Saka.

“Mhmm.”


Rizqi tidak ingat tepatnya sejak kapan, tapi sejauh ia bisa mengingat, ia sangat menyukai hal-hal yang berbau supranatural. Sebagian besar keluarga besarnya dari pihak ibu memiliki kemampuan indera keenam dan sering menceritakan pengalaman mistis mereka. Rizqi sedih, Rizqi cemburu karena ia tidak memiliki kemampuan itu dan tidak pernah diberi kesempatan untuk mengalami kejadian-kejadian supranatural.

“Tante K itu kayak gimana sih bentuknya?”

“Gimana lo tau kalo itu genderuwo, bukan setan yang lain?”

“Hah?! Seriusan jin itu ada bau khasnya?”

Gimana ya rasanya bisa liat makhluk halus? Pengen ih nyoba pengen liat sekali-sekali.

* * *
Kata orang, hati-hati dengan apa yang kamu inginkan, karena bisa saja itu dikabulkan padahal itu bukan yang paling kamu butuhkan. Tapi, karena sepertinya Rizqi sangat membutuhkan pengalaman mistis, maka pada suatu hari keinginannya itu terwujud.

Malam itu, Rizqi dan kedua orang tuanya sedang berada di dalam mobil yang membawa mereka pulang dari acara jalan-jalan Sabtu malam yang selalu mereka lakukan. Seperti biasa, Rizqi duduk di bangku belakang dengan posisi di tengah, karena ia suka melihat jalanan di depannya, bukan di sampingnya.

Mereka bertiga sedang seru mengobrol sementara sang Ayah membelokkan mobil memasuki garasi rumah mereka.

Rizqi tidak dapat mendengar perkataan apa yang dilontarkan oleh Ayah dan Ibunya saat mereka memasuki garasi.

Saat ia melihat satu sosok yang ada di teras rumah mereka.

Sosok wanita berambut panjang.

Sosok wanita bergaun putih panjang.

Sosok yang saat itu berbalik dan memasuki rumah mereka dengan perlahan.

Menembus pintu depan yang masih terkunci karena tidak ada orang di rumah mereka saat itu yang dapat membukakan pintu untuknya.

Tidak, Rizqi tidak takut. Getaran yang ia rasakan di kedua tangannya yang gemetar adalah rasa penasaran.

Atau itulah yang ingin ia percaya.

“Qi, tolong bukain pintu rumah, ya,” perintah ibunya sambil memberikan kunci rumah kepada putranya.

Rizqi hanya mengangguk kecil dan menerima kunci itu dari tangan ibunya. Yang Rizqi tidak sadari pada saat itu adalah ada getaran dalam suara ibunya.

Laki-laki itu dengan perlahan memasukkan kunci ke dalam lubang dan memutarnya. Dibukanya daun pintu yang sudah tidak terkunci, juga dengan perlahan. Rizqi tidak langsung memasuki rumahnya, alih-alih ia membuka lebar pintu itu sehingga ia bisa melihat ke sekeliling ruang tamu mereka.

Kosong.

Tidak ada siapa-siapa.

Terlebih, tidak ada wanita berambut panjang bergaun putih yang tadi dilihatnya.

“Nggak ada?” bisik sebuah suara di belakangnya, membuat Rizqi otomatis terlonjak di tempatnya berdiri.

“Nggak ada apanya?” balasnya kepada sang ibu yang bertanya kepadanya.

“Perempuannya.”

“Mama liat?” Sang ibu mengangguk.

Rizqi kembali melihat ke dalam rumah, kali ini ia maju selangkah memasuki ruang tamu. “Nggak ada siapa-siapa, Ma.”

Sang ibu mengikuti putranya memasuki rumah dan melihat berkeliling sebelum akhirnya mengangguk kecil.

“Anggap aja yang jaga rumah.”[]


©️aratnish’22