Happy Halloween
Bagian 11 dari “Ghost Story”
“Ini sih serius ceritanya, bukan cerita horor,” goda Joshua.
“Ya makanya ‘kan aku bilang, pengalaman mistis aku tuh nggak serem kayak kalian.”
“Tapi wajar sih, soalnya kamu yang paling baik diantara kita, jadi pasti dikasihnya yang indah, nggak yang serem.”
“Jadi lo bilang kita semua begajulan, gitu?” protes Saka sambil menjitak kepala Elang.
“Eh si Harsya mana sih? Ke toilet lama amat? Cuma dia nih yang belom cerita.” Henry menoleh ke kiri dan kanan untuk mencari Harsya yang pamit ke toilet saat Jodi akan memulai ceritanya.
“Boker kali?” celetuk Hanggara yang membuat semuanya tertawa. Mereka pun melanjutkan obrolan santai mereka sampai waktu sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam dan Harsya masih belum terlihat batang hidungnya.
“Ini tuh si Harsya jangan-jangan pulang duluan?” kata Narendra bingung.
“Coba ditelpon aja, ini kita juga harus pulang bentar lagi, keburu diusir sama yang punya kafe,” usul Sandi.
Saka mengambil ponselnya dan mulai menelepon Harsya.
“Sya! Lo di mana, sih? Bentar lagi kita mau pulang, nih!” omel Saka.
“Di … rumah?” Ada nada bingung di suara Harsya.
“Eh si anjir! Beneran pulang duluan dong dia!” gerutu Saka ke teman-teman lainnya yang juga langsung menggerutu.
“Eh tunggu, Ka … pulang duluan gimana maksudnya?”
“Ya lo tadi pamitnya ke toilet, tapi ujung-ujungnya pulang duluan!”
“Ka, gue ‘kan udah bilang kalo hari ini gue nggak bisa ikutan. Gue dari tadi pulang kerja langsung ke rumah. Lo bisa ngomong sama nyokap gue kalo nggak percaya.”
“Hah?” Wajah Saka memucat.
“Kenapa, Ka?” tanya Hanggara bingung.
“Sya, ini telponnya gue loudspeaker, lo ulangin tadi lo ngomong apa, ya.”
Walaupun bingung akan permintaan Saka, tapi Harsya mengulangi lagi kata-katanya sebelumnya.
“Jadi yang dari tadi ngumpul bareng kita itu siapa?” kata Jodi takut-takut.
“Yang jelas bukan gue, gue dari tadi di rumah.”
“Balik. Balik. Balik. Nggak bener ini. Makanya kata gue juga jangan cerita-cerita serem. Dah Harsya!” Saka mematikan sambungan telepon dan siap-siap untuk pergi.
Tanpa banyak berkomentar, teman-temannya yang lain mengikuti pergerakannya dan dalam waktu singkat mereka sudah berada di kasir untuk membayar.
“Pake kartu lo dulu ya, Ren. Nanti kita tinggal transfer ke lo. Gue udah pengen cepet-cepet pulang,” usul Elang yang langsung disetujui oleh semuanya.
“Terima kasih. Ditunggu kedatangannya kembali,” ucap kasir berpakaian bajak laut yang melayani mereka saat mengembalikan kartu Narendra.
“Ngomong-ngomong, ini kostumnya banyak yang dari daerah Barat ya, Kak? Yang pake kostum Kaonashi tadi lucu padahal,” celetuk Yeremia.
“Kao— Kao apa, Kak?” tanya sang kasir.
“Kaonashi, Kak … itu, yang pake pakaian hitam dari ujung kepala sampe ujung kaki,” jelas Saka.
Sang kasir mengernyit bingung. “Rasanya tidak ada waiter yang pakai kostum itu, Kak … soalnya memang dresscodenya dari wilayah Barat aja.”
Sebelas orang yang ada di depan kasir langsung mematung.
“Ayo pulaaang,” rengek Saka sambil merangkul lengan Hanggara. Seolah dikomando, mereka langsung bergegas menuju pintu keluar. “Gara … Saka nggak mau tidur sendirian. Temenin tidur.”
“Iya. Siap.”
Dan begitulah pengalaman semuanya di hari Halloween ini.[]
©️aratnish’22