Kedaluwarsa(?)

Bagian 21 dari “Eternity”

cw // nsfw, mature content, kissing, foreplay, consensual sex, barebacking, non-protected sex, mentioning of genital and contraception, first time sex, slight cursing

Haknyeon bernapas dengan terputus-putus di bawah Sunwoo di ranjang yang kini berantakan itu, menatap sayu kepada kekasihnya yang kini telah bertelanjang dada seperti dirinya. Beberapa tanda merah dan keunguan terpampang di dada Sunwoo, ia yakin tanda serupa juga terdapat padanya, karena Sunwoo memang mengikuti apa yang ia lakukan. Oh. Kecuali untuk tanda di leher Haknyeon. Sunwoo melakukannya atas inisiatifnya sendiri. Kekasihnya itu menunduk untuk menyatukan dahi mereka.

“Hakkie … Hakkie … Hakkie …,” rapalnya dengan nada putus asa.

“Kenapa, sayang?” Haknyeon mengelus bahu bidang dalam pelukannya itu.

“Nggak cukup. Ini nggak cukup.” Haknyeon menghentikan elusannya.

“Sunu maunya apa?”

“Nggak tau.” Sunwoo menggeleng frustrasi karena tidak bisa mengemukakan apa yang tubuhnya inginkan. “Tapi ini nggak enak banget, Hakkie.”

Haknyeon menjulurkan tangannya ke arah bagian depan celana Sunwoo yang sudah menggunduk dan tampak sesak.

“Aku pegang, ya?” izin Haknyeon sebelum menyentuhnya. Saat merasakan Sunwoo mengangguk di dahinya, Haknyeon pun menggenggam kejantanannya, membuat sang kekasih mengerang dan sedikit tersentak di atasnya.

“Sakit? Nggak nyaman?” Sunwoo menggeleng.

“Enggak, tapi masih kurang. Pengen lebih.”

Haknyeon memejamkan matanya, memendam rasa frustrasinya sendiri. Bagaimana caranya ia harus mengajari Sunwoo sementara dirinya pun sangat ingin dipuaskan?

“Hakkie, ini boleh dibuka?” Netra Haknyeon kontan terbuka saat mendengar pertanyaan tiba-tiba Sunwoo dan juga sentuhan pada kancing celana jeans-nya.

“Ini juga boleh dibuka?” balas Haknyeon sambil memainkan jemarinya pada kancing celana Sunwoo.

Anggukan dari Sunwoo membuat mereka berdua berlomba untuk saling membuka kancing celana satu sama lain. Jemari yang kikuk karena nafsu yang sudah tidak dapat terbendung bertabrakan satu sama lain, membuat mereka berdua sama-sama tertawa canggung.

“Dibuka sama ininya juga, ya?” pinta Sunwoo sambil memainkan karet celana dalam Haknyeon.

“Iya Nu, dibuka semua.”

Maka, tubuh keduanya kini tidak disinggahi satu helai benang pun.

Menuruti instingnya, Sunwoo menggeser sebelah kaki Haknyeon sehingga ia kini dapat menempatkan dirinya di antaranya. Setelahnya, ia hanya berlutut di sana dan menatap Haknyeon dengan gugup. Tertawa kecil, Haknyeon menarik tangan Sunwoo agar kekasihnya itu mendekat padanya dan bisa diciumnya.

“Kamu bener mau lanjut? Kalo mau berhenti di sini juga nggak apa-apa. I won’t love you less if you want to back off.” Haknyeon menenangkan walaupun dahinya kini sudah dipenuhi peluh. Paling abis ini gue mandi air dingin.

“Iya. Mau lanjut.”

Berkebalikan dengan wajah seriusnya, Sunwoo meraih penis Haknyeon dan memijatnya lembut, membuat lelaki itu melesakkan kepalanya ke bantal sambil mengerang.

“Enak, sayang?”

“Lebih— Shit! Pelan-pelan, Nu … aku nggak mau selesai cepet-cepet.”

“Kenapa?”

“Pengen mmh— pengen sama kamu. Sama ini,” jawab Haknyeon sambil menggenggam kejantanan yang lebih muda, membuatnya meringis.

Sunwoo menghentikan gerakan tangannya, memancing erangan antara lega dan protes dari Haknyeon. Namun Sunwoo tidak sepenuhnya berhenti. Ia kini menelusuri batang kejantanan Haknyeon dengan ujung jarinya dari bawah hingga ke atas, sebelum bermain dengan belahan di bagian kepalanya, membuat Haknyeon memejamkan mata rapat-rapat dan meremat seprai di bawahnya.

“Nnuuu …,” rengek Haknyeon sambil membuka kakinya semakin lebar dan sedikit mengangkat pinggulnya dengan tidak sabar, membuat Sunwoo mendapat sedikit pemandangan akan lubang sanggamanya. Mengumpulkan semua ingatannya hasil dari menonton beberapa film, Sunwoo mengarahkan jari tengahnya ke arah lubang itu dan menekannya lembut. Haknyeon tersentak dan menopang tubuhnya dengan kedua siku untuk melihat Sunwoo.

“Bener di sini, ‘kan?” Haknyeon tidak tahu apakah ia harus menangis atau tertawa mendengar pertanyaan itu, jadi ia hanya menjawabnya dengan sebuah anggukan.

Sambil tetap menatap Haknyeon, Sunwoo mulai memasukkan jari tengahnya.

“Tunggu!” sergah Haknyeon terengah saat jari Sunwoo baru masuk sepanjang satu buku jari. Dengan cepat Sunwoo menarik tangannya.

“Maaf!” sesalnya.

“Enggak. Bukan gitu. Bentar.” Berbalik ke arah nakas—dan memberikan pemandangan menggiurkan dari skrotum yang terjepit paha serta bokong sintalnya kepada Sunwoo—Haknyeon membuka laci kedua dari atas. Ia mengeluarkan sebuah tube sebelum kembali mengacak-acak isi laci itu.

Sial! Gue udah nggak punya stok kondom! rutuk Haknyeon dalam hati. Membuat perhitungan selama sepersekian detik, ia pun mengesampingkan pemikiran menggunakan alat pengaman itu dengan pertimbangan ia tidak pernah bersama siapapun setelah Hyunjae dan Sunwoo juga jelas-jelas tidak pernah bersama dengan siapapun.

“Pake ini dulu,” ujar Haknyeon sambil mengulurkan tube pelumas itu kepada Sunwoo dan mengajari cara untuk menggunakannya, serta apa yang harus Sunwoo lakukan setelahnya. Segera setelah Sunwoo siap, Haknyeon kembali mengambil posisi berbaring seperti sebelumnya dan mengangguk kepada kekasihnya saat ia menatapnya dengan penuh tanya.

Sunwoo serasa memiliki mainan baru saat Haknyeon tidak mencegahnya untuk melakukan apapun kepadanya. Ia justru menyemangati Sunwoo untuk melakukan eksplorasi lebih banyak dan lebih jauh lagi dengan tubuhnya.

“Itu … apa?” tanya Sunwoo saat jemarinya dengan tepat menyentuh prostat Haknyeon, membuat tubuh yang lebih tua bergetar dan penisnya meneteskan lebih banyak cairan precum ke perutnya.

“Itu … pokoknya di situ enak banget.” Ingatkan Haknyeon untuk menjawab lebih jelas nanti, karena saat ini ia tidak bisa memikirkan alasan ilmiah apapun.

Merasa disemangati oleh jawaban Haknyeon, Sunwoo menggaruk bagian itu lagi, membuat Haknyeon merengek lebih keras.

“Nnu … udah, Nu!”

“Katanya enak? Kok udah?” tanya Sunwoo bingung.

“Jangan pake jari, pake ini aja. Pengen dipenuhin pake ini.” Dengan susah payah, Haknyeon bangkit untuk menggenggam kejantanan Sunwoo yang sudah licin dengan cairan precum yang diabaikan oleh sang empunya.

Sunwoo menatap penisnya dan anal Haknyeon bergantian dengan sangsi.

“Muat? Nggak akan sakit?” tanyanya pelan.

Ya Tuhan, beri hamba-Mu ini sabar yang banyak-banyak, ya …. Mau ngerasain nikmat duniawi aja susahnya minta ampun, ratap Haknyeon dalam hati.

“Nggak akan sakit, Nu. ‘Kan tadi udah disiapin sama kamu.”

“Oh.”

Sunwoo terdiam sambil memosisikan kejantanannya di depan lubang sanggama Haknyeon setelah mengoleskan lubrikan atas instruksi dari yang lebih tua.

“Aku masukin sekarang, ya? Kalo sakit, tendang aja, ya?”

Di sini yang masih virgin itu elo! Kok ya sempet-sempetnya ngomong gitu ke gue, gelak Haknyeon dalam hati, namun tak ayal hatinya menghangat mendengar perhatian yang diberikan oleh Sunwoo itu.

“Iya, sayang.” Haknyeon menahan napas saat merasakan ujung kejantanan Sunwoo menyentuh lubangnya.

Dengan perlahan, Sunwoo mulai menyatukan tubuh mereka. Erangan yang keluar dari mulut Haknyeon membuat ia berhenti di setengah usahanya.

“Terussin, Nnuu …. Nggak apa-apa,” perintah Haknyeon sambil menggoyang pinggulnya sedikit, membuat erangan kecil lolos dari mulut Sunwoo. Ia pun kembali bergerak untuk memenuhi permintaan Haknyeon, untuk menyatukan tubuh mereka berdua. Dan saat tubuh mereka sudah benar-benar bersatu, tidak ada dari mereka yang bisa mengeluarkan suara lain selain suara lenguhan penuh nikmat. Menutup matanya, Sunwoo memeluk Haknyeon yang balas memeluknya dengan erat.

“Hakkie … Hakkie … Hakkie ….”

“Kenapa, sayang?”

“Enak banget … kamu anget, ketat … kepala aku pening.” Haknyeon terkekeh pelan.

Perlahan, ia mengangkat kedua kaki dan mengaitkan kedua tungkainya di pinggul Sunwoo. Sang kasih terkesiap akan posisi itu dan secara instingtif menggerakkan pinggulnya. Haknyeon mengeratkan kaitan tungkainya untuk membuat Sunwoo berhenti bergerak.

“Jangan gerak dulu.”

“Kenapa?”

“Masih pengen ngerasain kamu di dalem aku. Enak. Penuh,” bisik Haknyeon saat merasakan bagian tubuh Sunwoo yang berdenyut di dalam dirinya.

Mereka terdiam dengan napas berat dan tanpa bergerak sedikitpun selama beberapa saat sampai akhirnya Sunwoo bertanya dengan napas pendek-pendek,

“Hakkie, aku udah boleh gerak? Aku … pengen gerak.”

“Iya, Nu … boleh.”


Persetubuhan mereka tidak bisa dibilang yang paling nikmat bagi Haknyeon. Bagaimanapun, skill Sunwoo masih harus dipoles di sana-sini, tapi perhatian yang ia curahkan melalui gerakan dan sentuhannya tidak dapat dibandingkan dengan apapun.

“Nu!” seru Haknyeon bersamaan dengan Sunwoo merasa kejantanannya diremas semakin intens oleh Haknyeon di bawah sana.

“Iya, sayang. Aku juga.” Tidak perlu menjadi berpengalaman untuk tahu bahwa Haknyeon sudah hampir sampai pada klimaksnya, karena ia pun merasakan hal yang sama. Tegang di tubuhnya, kejang di perutnya, dan keinginannya untuk menggerakkan pinggul semakin cepat untuk menggapai puncak yang mereka cari.

“Bareng, Nu!”

Wait. Can sperm be expired?

Tiba-tiba pemikiran itu singgah di benak Sunwoo saat ia akan menjawab ‘iya’ dan bersiap untuk melepaskan ejakulasinya di dalam lubang sanggama Haknyeon. Ia tidak memikirkan alat proteksi saat mereka mulai bercumbu, saat Haknyeon mulai mengajarinya tentang memuaskan mereka berdua, tapi sekarang ….

Because, what if I poisoned him with my more-than-four-hundred-years sperm?

Dengan pemikiran seperti itu, Sunwoo mulai menarik keluar kejantanannya, bersiap untuk menyelesaikannya di perut Haknyeon. Sang kekasih yang menyadari apa yang akan Sunwoo lakukan langsung mengunci pinggulnya dengan kedua tungkainya yang disilangkan.

“Hakkie ….”

“Keluarin di dalem. Please. I want to feel your warm load inside of me.”

“Tapi—” protes Sunwoo sambil tetap menggerakkan pinggulnya. Tangannya pun kini ikut memanjakan penis Haknyeon.

“Plish, Nuu!!”

Haknyeon pun sampai pada klimaksnya di akhir kalimat. Sunwoo menggertakkan giginya karena merasakan ketatnya lubang Haknyeon di sekeliling kejantanannya saat sang kekasih mencapai klimaks. Seberapa kerasnya Sunwoo berusaha menahan untuk tidak mengeluarkan ejakulasinya di dalam, ia tidak dapat menahan diri saat melihat betapa indahnya Haknyeon ketika mencapai puncak tertingginya. Sunwoo tidak bisa menahan dirinya lagi. Ia harus mengeluarkan ejakulasinya sekarang.

Kalo ada apa-apa sama Haknyeon gara-gara ini, gue bakal nyari rapunga dan minta tattoo gue ditusuk sama mereka, janji Sunwoo saat ia menumpahkan spermanya di dalam lubang sanggama Haknyeon sambil memeluk sang kekasih, mencari penghiburan dan kedamaian di lekukan lehernya.


©️aratnish'22