epilog

— epilog dari “Latah”

“Jadi, kalo nggak dilatahin, lo beneran mau nyapa, kenalan, sama nyium gue, nggak?” tanya Sunwoo yang kini sudah duduk di sebelah Haknyeon sambil bersandar pada tembok gudang. Haknyeon mengangkat bahunya.

“Nggak tau. Gue punya terlalu banyak skenario di otak gue.”

“Misal?”

“Lo nggak suka cowok. Atau, kalaupun lo suka cowok, lo nggak akan suka sama gue yang biasa-biasa aja ini—”

“Astaga! Lo lucu banget gini, mana bisa gue nilai lo biasa-biasa aja?!” potong Sunwoo terkejut.

“Ya 'kan itu skenario gue. Terus ... takut juga kalo ternyata lo udah punya pacar.”

“Otak lo beneran rame banget ya skenarionya,” goda Sunwoo.

“Gara-gara itu gue jadi latah. Kayaknya.”

“Hah?! Kok bisa?!”

Haknyeon pun menceritakan asumsi yang didapatnya dari hasil pertanyaan San.

“Aneh, tapi bukannya nggak mungkin juga,” gumam Sunwoo sambil berpikir.

Since sekarang kita udah resmi pacaran, berarti harusnya latah lo udah sembuh, dong? Iya, nggak?!” Sunwoo memberikan sedikit hentakan pada kalimat terakhirnya.

“Iya nggak. Iya nggak. Nggak tau. Ah Sunwoo maaah!” protes Haknyeon malu sambil memukul lengan atas Sunwoo.

“Kok nggak sembuh, ya?”

“Ya Roma juga nggak dibangun dalam semalam, 'kan?” Haknyeon bersungut-sungut.

“Iya, sih. Hmm ... gue ada ide.”

“Apa?”

“Setiap hari yang bisa lo lalui tanpa latah, gue bakal ngasih lo hadiah.”

“Oh? Apa hadiahnya?”

Full course di kantin waktu istirahat besoknya.”

“Hmm … not bad, tapi … gimana lo bisa tau kalo gue ngomong jujur kalo gue nggak latah sama sekali hari itu?”

“Gue percaya sama lo. Apapun yang lo bilang, gue percaya. Bahkan kalo lo bilang bumi itu bentuknya segitiga, gue bakal percaya.” Haknyeon terbahak.

“Kalo seminggu penuh lo nggak latah, lo bebas milih weekend mau nge-date ke mana, plus nanti gue cium yang laaamaaa,” lanjut Sunwoo sambil memberikan kerlingan mata menggoda pada Haknyeon yang lagi-lagi wajahnya bersemu merah.

“Oke. Deal. Terus, kalo gue latah, gimana?”

“Ya ada hukumannya, dong.”

“Apa?”

“Lo yang nyium gue.”

“Haaah?!”

“Gimana? Berani, nggak?”

“Umm ….”

“Gimana?!” Sunwoo sedikit menepuk lutut Haknyeon sebagai penekanan pertanyaannya.

“Gimana? Gimana? Eh gimana? Oke. Deal,” latah Haknyeon.

Tawa yang akan keluar dari mulut Sunwoo seketika dibungkam oleh bibir Haknyeon yang menempel pada bibirnya dan menciumnya lembut.

“Nyeonie?” tanya Sunwoo dengan wajah bersemu merah.

Well, gue latah. Itu hukumannya, ‘kan?” respons Haknyeon sambil tersenyum jail ke arah Sunwoo.

“Lo sengaja, ya?!”

“Ya menurut lo?” tantang Haknyeon.

“Aduuuh … aba-aba dulu kenapa, sih? Jantung gue nggak kuaaat!” protes Sunwoo sambil menyembunyikan wajahnya yang memerah sempurna, membuat Haknyeon tertawa senang karena berhasil membuat Sunwoo salah tingkah.

— selesai —

—aratnish'22