lo kenapa?!
Bagian 12 dari “Eternity”
“What the fucking hell was happened in there, Kim Sunwoo?!” Moonie menuntut jawaban sambil menekankan setiap kata yang keluar dari mulutnya, memperlihatkan secara gamblang bahwa ia amat sangat tidak suka dengan apa yang dilakukan oleh Sunwoo di bar tadi.
“Sorry,” jawab Sunwoo pelan sambil duduk di salah satu kursi yang ada di kantornya.
“Udah berapa kali gue bilang, kontrol energi lo! Inget! Lo udah bukan tahuti, sekalinya lo marah, energi yang keluar bisa untuk ngancurin bangunan ini!”
“Iya. Maaf.” Sunwoo menundukkan kepalanya tanda bahwa ia merasa menyesal dengan perbuatannya sebelumnya.
“Not to mention lo hilang kendali di depan banyak tahuti! Geez, untung gue langsung sadar dan ngubah energi marah lo jadi batu. Lo mau ngebunuh Hyunjae, hah?!”
Sunwoo terdiam. Kesal dengan diamnya atua itu, Moonie mencoba untuk membaca pikirannya. Kali itu ia berhasil, karena Sunwoo terlalu shock untuk merapalkan mantra pelindung ingatan.
“The heck?! Sun, lo … lo marah karena Hyunjae mantan pacarnya Haknyeon?” tanya Moonie tidak percaya. Kilatan berbahaya muncul di indra penglihatan sang atua. Moonie juga merasakan energi kemarahan Sunwoo mulai berputar di ruangan itu.
“Bukan cuma mantan, Moonie! Dia udah berani-beraninya main di belakang Haknyeon!” desis Sunwoo geram.
“Whoaaa … easy, boy! I'm just asking,” kata Moonie sambil mengangkat kedua tangannya di depan dada, telapak menghadap ke arah Sunwoo, tanda bahwa ia tidak bermaksud untuk menyinggungnya.
“Sunwoo, kontrol.” Dengan tenang, Moonie meminta Sunwoo untuk mengontrol amarahnya.
Menghela napas panjang, sekali lagi Sunwoo menundukkan kepalanya.
“Gue kenapa, Moon?” tanya Sunwoo bingung.
“Kenapa apanya, Sun?” tanya anahera itu lembut sambil duduk di hadapan Sunwoo.
“Sejak ketemu Haknyeon, gue ngerasain macem-macem. Emosi gue naik turun.” Moonie terdiam mendengar penuturan kalut Sunwoo itu.
“Haknyeon itu … siapa, Sun?” pancing Moonie hati-hati walaupun ia sudah tahu jawabannya.
Mematung selama beberapa saat, Sunwoo akhirnya menjawab dengan sebuah gelengan. Moonie menyembunyikan desah kecewanya.
Nggak ada cara lain. Gue harus memastikan ke Angello, putusnya dalam hati. Kepada Sunwoo ia berkata,
“Ya udah, nggak apa-apa kalo lo nggak mau cerita sama gue, tapi sekarang lo udah bisa balik ke bar, belom? Kalo kelamaan di sini, nanti mereka khawatir, dikiranya lukanya serius, padahal sekarang bekasnya aja udah nggak ada.”
Satu hal lagi yang perlu diperhatikan dari atua adalah kemampuan mereka untuk menyembuhkan diri dengan sangat cepat, selama luka itu tidak berada di tattoo bulan sabit mereka, tentu saja.
Sunwoo mengangguk sebagai jawaban dan segera bangkit dari duduknya.
“Tunggu, Sun!” cegah Moonie saat Sunwoo berjalan menuju pintu kantor.
“Apa?” Tanpa aba-aba, Moonie menempelkan band-aid di—seharusnya—bekas luka Sunwoo.
“Kok? Katanya bekasnya udah nggak ada?” tanya Sunwoo bingung.
“Mereka bakal lebih kaget kalo tiba-tiba nggak ada bekas lukanya, darling. Atau lo mau memodifikasi ingatan semua orang yang ada di bar? Silakan aja sih kalo nggak capek.”
Sunwoo tertawa sumbang.
“Bener juga. Maaf ya, Bang … gue jadi bego kalo shock.”
“Iya, gue tau. Dari pertama kali gue ketemu lo di Araf, gue udah tau kalo lo bego.”
“Sianying.”
“Sunwoo!” Haknyeon berlari ke arah Sunwoo yang baru saja keluar dari arah kantor.
“Lo nggak apa-apa? Lukanya parah, nggak? Perlu ke dokter?” cecar Haknyeon sambil mengangkat tangan dan menyentuh dengan lembut band-aid di pelipis Sunwoo.
Hanya sentuhan lembut seringan kapas, tapi Sunwoo merasa pelipisnya seperti disentuh oleh listrik berarus kuat, membuat ia sedikit tersentak di tempatnya berdiri. Haknyeon serta merta menarik tangannya saat ia rasa Sunwoo berdiri kaku di depannya.
“Sorry. Sakit, ya?” sesal Haknyeon.
Meraih tangan yang tadi menyentuhnya, Sunwoo menjawab, “Enggak. Cuma kaget.”
Sambil tetap menggenggam tangan Haknyeon, yang kini wajahnya sudah bersemu merah, Sunwoo mengedarkan pandangannya ke seluruh bar.
“Bang Hyunjae mana?”
“Tadi keluar, katanya mau nyari yang ngelempar batu,” jawab Eric yang kini mendekati Sunwoo dan Haknyeon.
“Oh. Maaf ya, kalian malah ngalamin kejadian nggak enak, padahal baru pertama kali ke sini.” Sunwoo meminta maaf. Gue harus belajar lagi soal anger management, catatnya dalam hati.
“Nggak apa-apa. Emangnya sering ya ada kejadian kayak gini?” tanya Eric setelah melirik geli ke arah Haknyeon yang tangannya masih berada dalam genggaman Sunwoo.
“Nggak sering sih, tapi ada lah beberapa kali kayak gitu,” elak Sunwoo. Ia tidak mungkin mengatakan bahwa kejadian seperti itu baru pertama kali terjadi dan disebabkan oleh kekuatannya, 'kan?
“Ya udah, kalian duduk lagi, gue mau ngebersihin pecahan kacanya dulu, sama mau nyari sesuatu buat nutup lubang di kaca itu.”
Dengan enggan, Sunwoo melepaskan genggamannya pada Haknyeon. Seketika Haknyeon merasa dingin menyelimuti tubuhnya saat Sunwoo berjalan menjauh.
“Oke,” gumamnya sedih. Ya ampun, gue kenapa, sih?
Kak Juhak keliatan banget deh kalo suka sama Sunwoo, gelak Eric dalam hati saat mengikuti Haknyeon kembali ke tempat mereka duduk sebelumnya.
©️aratnish'22