Malam Pertama Bersama
Bagian 5 dari “Special”
cw // mentioning of liquor; alcohol, drunk behavior, kissing, profanities, marking
“Lebar amat itu senyumnya,” goda Haknyeon pada Sunwoo yang berjalan di sebelahnya sambil mengayunkan tangan mereka yang saling bertaut.
“Hehehe … Nunu lega, walaupun bukan Nunu yang ngomong langsung, tapi Nunu lega Papa dan Mama udah tau keadaan Nunu dan mau nerima Nunu.” Sunwoo melompat-lompat kecil.
“Gēgē juga lega semuanya berjalan dengan lancar. Jadi hadiah ulang tahun yang paling indah ‘kan buat Nunu?”
“Hm-mm! Itu dan bisa bareng-bareng sama Gēgē sampe weekend. Nunu bahagia banget!”
“Nah ini! Kok kamu bilangnya cuma duapuluh empat jam aja? Kok nggak bilang sampe weekend?!” protes Haknyeon sambil mencubit gemas pipi Sunwoo, yang hanya tertawa malu-malu.
“Soalnya kalo bilang sampe weekend, takut nggak dibolehin sama Gēgē.”
“Gēgē nggak akan nolak, soalnya Gēgē juga suka bareng-bareng Nunu terus, tapi nggak gitu juga caranya, Nu. Pokoknya mulai sekarang nggak boleh bohong ya, harus jujur!”
“Iya, Gēgē ….”
“Sekarang jujur sama Gēgē. Kamu mabok, ya?”
“Enggak!”
“Xiǎo Nu … apa kata Gēgē soal nggak boleh bohong?”
“Tapi Nunu beneran nggak mabok!”
“Oke, Gēgē ganti pertanyaannya. Kamu minum apa dan berapa banyak?”
“JD … cuma satu gelas, kok!”
“Murni atau dicampur cola?”
“Dicampur.”
“Perbandingannya berapa?”
“Satu banding empat.”
“Yang satu JD-nya atau cola-nya?”
“Cola-nya … hehehe ….”
“Nggak usah haha hehe! Itu berarti kamu mabok! Kenapa harus minum sih, Nu? Besok tuh kamu masih ada kuliah. Praktikum, pula!”
“Abis Nunu tadi takut bangeeet.”
“Ya tapi nggak harus minum juga! ‘Kan bisa aja Nunu nge-game, atau ngemil, atau apa gitu.”
“Iya … maaf ….”
“Gini deh, Gēgē tau kalo Nunu udah janji sama Om dan Tante untuk minum di rumah aja, di depan Om sama Tante. Gēgē sekarang mau Nunu janji juga sama Gēgē.”
“Apa tuh?”
“Nggak minum selain weekend, apalagi kalo besoknya masih ada ujian atau kuliah. Kalo ada yang bikin Nunu takut atau nggak nyaman, call me … we’ll figure out something together.” Sunwoo terdiam. “Nunu mau janji sama Gēgē?”
Sunwoo mengangguk. “Hm-mm … Nunu janji, tapi Gēgē jangan marah lagi … Nunu takut ….”
Haknyeon terkekeh kecil. “Gēgē nggak marah, Gēgē cuma khawatir sama Nunu, nggak pengen Nunu kenapa-kenapa.”
“Roger that, Gēgē.”
“Nunu cuci-cuci sama ganti baju dulu sana, biar Gēgē bikinin teh anget dulu. Besok kuliah jam berapa?”
“Jam delapan.”
“Malem ini tidurnya jangan malem-malem, ya.”
“Tapi Nunu pengen cuddling sama Gēgē …,” ucap Sunwoo pelan.
“Iya … nanti sebelom tidur ‘kan kita bisa cuddling,” jawab Haknyeon tenang sambil bergerak ke arah pantry.
“Tapi kalo nggak boleh tidur malem-malem, berarti cuddling-nya cuma bisa sebentar …,”
“Nunu besok kuliahnya apa?”
“PD VI.”
“Materinya apa?”
“Rorschach.”
“Then you have to get enough sleep.”
“Oke, Gēgē ….” Dengan langkah lunglai, Sunwoo beranjak ke arah kamar tidur Haknyeon, sementara kakak pacar membuatkan teh hangat untuknya.
“Nu … ini tehnya, ya.” Haknyeon memasuki kamarnya dan tidak menemukan Sunwoo di sana.
Hm? Ke mana dah anak itu? Masih di kamar mandi, gitu?
Haknyeon meletakkan mug berisi teh hangat di nakas samping tempat tidurnya. Ketika Haknyeon berbalik, sesuatu—seseorang—menabraknya dari belakang, membuat ia dan orang tersebut terlempar ke ranjang di samping mereka, dengan posisi Haknyeon telentang di bawah orang itu.
“Nu? Kenapa? Kok nggak pake baju? Nanti masuk angin, mana tadi kita jalan kaki,” kata Haknyeon bingung saat melihat Sunwoo hanya mengenakan celana boxer-nya. Yang lebih muda menekuk wajahnya dengan kesal.
“Nunu tuh lagi ulang taun!”
“Iy—”
“Harusnya Gēgē nurutin kata-kata Nunu!”
“Tap—”
“Pokoknya Nunu mau cuddling! Mau enak-enakan sama Gēgē!”
“E—!”
Belum sempat Haknyeon berkomentar akan pernyataan terakhir kekasihnya, Sunwoo sudah menunduk dan melumat bibirnya. Haknyeon bodoh kalau ia tidak menggunakan kesempatan itu untuk menikmati bibir tebal Sunwoo di bibirnya. Mereka berciuman selama beberapa saat, setiap lumatan dan pagutan semakin panas dan dalam seiring berlalunya waktu.
“Nu ….” Haknyeon terengah saat akhirnya mereka memutus ciuman untuk mengambil napas.
“Hm ….” Si lebih muda tidak mengangkat tubuhnya dari atas Haknyeon, ia justru bergerilya ke leher Haknyeon dan memberi ciuman-ciuman kecil di sana.
Terlena, Haknyeon mengubah posisi kepalanya sehingga Sunwoo bisa mencapai titik yang diinginkannya. Menggumam senang, kekasihnya menempelkan bibirnya di titik di mana ia bisa merasakan nadi Haknyeon berdenyut. Dan ia mengisapnya kencang.
“Astaga, Kim Sunwoo!” geram Haknyeon tanpa bermaksud untuk memarahi Sunwoo.
Say hi to turtleneck for tomorrow, pikir Haknyeon.
Akhirnya si yang lebih muda duduk tegak di atas paha Haknyeon.
“Nunu kenapa?”
Ya bukannya gue protes, sih.
“Ayo kita sayang-sayangan, Gēgē.”
“Hah?”
“Pengen dienakin Gēgē.”
Sunwoo memajukan tubuhnya sehingga kejantanan mereka, yang sudah sama-sama menegang di dalam celana masing-masing, saling bergesekan. Haknyeon mendesis sambil meremas paha Sunwoo yang masih bergerak dengan sensual di pangkal pahanya.
“Nu … tunggu ….”
“Pengen ngerasain Gēgē di dalem Nunu.”
Tanpa peringatan apapun, Sunwoo langsung menduduki penis Haknyeon yang sudah menegang sempurna, membuat pemiliknya mengerang keras.
“Ayo kita main, Gēgē …,” pinta Sunwoo memelas.
Haknyeon memasukkan tangannya ke dalam boxer—sekaligus celana dalam—kekasihnya dan menangkup bongkahan pantatnya dengan nyaman. Sunwoo mendesah senang, mengira keinginannya akhirnya dipenuhi oleh Haknyeon. Kakak pacar mengarahkan jari tengahnya ke arah lubang sang kekasih dan mengelusnya pelan, sedikit memberi tekanan, membuat Sunwoo tersentak dengan sorot mata panik serta takut. Haknyeon tersenyum geli.
“Ini pengalaman pertama Nunu, ‘kan?” Sunwoo mengangguk. “Terus kenapa berani-beraninya ngajak Gēgē main?”
“Soalnya Nunu sayang sama Gēgē ….”
“Terus? Apa hubungannya?” tanya Haknyeon bingung sambil mengeluarkan tangannya dari dalam boxer dan meletakkannya di pinggang Sunwoo, mengelus perlahan dengan kedua ibu jarinya dengan gerakan yang menenangkan.
“Kata anak-anak, kalo sayang, nunjukinnya harus … itu …,” jawab Sunwoo pelan.
“Anak-anak? Siapa? Bomin? Sanha? Eric? Kok ngajarinnya yang nggak bener?” kata Haknyeon kesal.
“Bukan! Bukan! Bukan mereka! Uh … kata temen-temen waktu SMA ….” Haknyeon menghela napas.
“Nunu … nunjukin rasa sayang nggak harus sama ngewe, bisa dari perhatian-perhatian kecil, kata-kata, masakan, nggak harus dari sperma yang muncrat.”
“Gēgē ih ngomongnya vulgar!” maki Sunwoo sambil memukul dada Haknyeon dengan wajah memerah. Yang dimaki hanya tertawa geli.
Padahal sendirinya tadi ngomongnya udah vulgar juga.
“Tapi … Nunu beneran mau dienakin sama Gēgē … Nunu penasaran,” lanjut Sunwoo sambil menggerakkan pinggulnya lagi, membuat Haknyeon mengeluarkan sumpah serapah dalam hati.
Pertama-tama, gue harus bikin ini anak nggak sange lagi. He’s not really in the clear state of mind.
“Boleh.”
“Beneran?!” Sunwoo berseru girang saat mendengar jawaban tenang dari Haknyeon.
“Hm-mm.”
“Yeaaay!” Tangan Sunwoo bersiap untuk melepaskan kaos yang dikenakan Haknyeon.
“Tapi ada syaratnya,” lanjut Haknyeon sambil menghentikan pekerjaan tangan Sunwoo. Yang lebih muda itu menelengkan kepalanya.
“Apa?”
“Nunu harus jawab dengan benar semua pertanyaan dari Gēgē.”
“Oke! Siapa takut?!”
“Siap?”
“Hm-mm!”
“Oke. Di tahap performance proper, apa aja yang harus dilakukan?”
“HAH?!”
“Besok kuliah Rorschach, ‘kan? Itung-itung refreshment sama mantan asdos PD VI, nih.” Sunwoo memajukan bibirnya.
“Gēgē curang.”
“Nunu ‘kan pinter, Gēgē yakin pasti bisa jawab semua. Nanti kalo bener semua, Gēgē janji bakal ngasih Nunu malam paling enak,” kata Haknyeon sambil mengelus paha dalam kekasihnya dengan gerakan menggoda. Sunwoo mendesah tidak sabar.
“Oke.” Ia pun melantunkan jawabannya. Haknyeon mengangguk senang saat Sunwoo menjawab dengan benar.
“Next. Karakteristik apa aja yang harus diliat waktu kita mau skoring respons dari testee?”
“Gēgē iiih …!” protes Sunwoo kesal.
“C’mon, xiǎo Nu … I know you can do it.” Setelah mendengus sebal, Sunwoo pun kembali memberikan jawabannya.
Pertanyaan demi pertanyaan dilontarkan oleh Haknyeon. Semakin susah, semakin mendalam tentang mata kuliah Sunwoo keesokan harinya, membuat lelaki itu perlahan-lahan melupakan dorongan seksualnya.
“Oke. Pertanyaan terakhir.”
“Finally! Nunu berasa lagi ujian lisan!” Haknyeon terkekeh.
“Gimana cara nentuin basal rating?”
“Gēgē curaaang!!! Materi Nunu belom sampe situuu!!!” protes Sunwoo keras sambil melonjak-lonjak kecil di atas pangkuan Haknyeon. Walaupun meringis ngilu, tapi Haknyeon bersyukur bahwa sexual tension dari lelaki di pangkuannya ini sudah hilang. Disaat Sunwoo semakin mereda karena fokus pada sesi tanya jawab mereka, Haknyeon semakin menjadi karena terangsang dengan keseksian Sunwoo saat menjawab pertanyaan-pertanyaannya dengan tepat dan mimik serius.
“Lah, bukan salah Gēgē dong, ‘kan Nunu sebenernya bisa baca-baca dulu walaupun belom diajarin di kelas.”
“Ah nggak tau ah! Gēgē ngeselin!” rajuk Sunwoo sambil turun dari pangkuan Haknyeon. Sambil mengambil posisi duduk, Haknyeon tertawa kecil.
“Semua ada waktunya, Nunu sayang … we have all the time in this world, because I have no slightest intention to let you go.” Haknyeon mengecup bibir tebal yang dimajukan itu.
“Sekarang bukan waktu yang tepat. Besok kamu ada kuliah pagi, praktikum pula … dan … sekarang kamu dipengaruhin alkohol!” Haknyeon menyentil dahi Sunwoo.
“Aaaw!” protes Sunwoo sambil mengusap dahinya.
“Udah sana kamu pake baju tidur yang bener, terus itu tehnya diminum. Eh jangan deng, udah nggak anget kayaknya. Nanti Gēgē bikinin yang baru, but first ... I need to take a super cold shower immediately.”
“Nggak usah. Nunu bikin sendiri aja.” Memperhatikan Haknyeon yang meringis saat beranjak turun dari ranjang, Sunwoo jadi merasa bersalah. “Maaf ….”
“Hm? Kenapa?” tanya Haknyeon bingung.
“Itu.” Sunwoo dengan malu-malu menunjuk tonjolan di bagian depan celana Haknyeon.
“Oh. It's okay, Nu. Gēgē jadi tau kalo Nunu ada mikir ke sana, so maybe we can build some moods someday. Just not today, okay?”
“Hm-mm. Okay. But still … I'm sorry, Gēgē.”
“Never mind, baby.”
©️aratnish'22