mau dibawa ke mana?
Bagian 16 dari “Eternity”
Haknyeon menghela napas kesal sambil melihat ke layar ponselnya.
“Kenapa, Kak?” Eric bertanya dengan bingung. Bagaimana tidak bingung? Haknyeon tampak tidak fokus, padahal saat itu masih termasuk dalam jam operasional toko.
“Nggak dibolehin ke OW sama Sunwoo.”
“Eh? Kenapa?”
“Katanya gue harus istirahat. Padahal gue pengen ketemu dia. Kalo ketemunya di sini ‘kan gue-nya harus kerja.”
“Lah kalo ketemunya di sana juga ‘kan dia harus kerja,” kata Eric geli. Orang jatuh cinta itu emang suka irasional ya pikirannya?
“Eh iya ya? Soalnya dia kayaknya cuek aja gitu nemenin kita ngobrol. Nggak akan ada yang ngelaporin dia ke bosnya gitu ya? Oke. Kalo gitu sekarang kita jangan sering-sering ke sana ya, Ric.”
“Ya makanya kalo mau nge-date itu pas hari libur, jangan pas sama-sama dua-duanya kerja.”
“GUE NGGAK NGE-DATE!?” pekik Haknyeon panik.
“Ssst! Jangan keras-keras! Lo ngagetin pelanggan, Kak!” omel Eric walaupun dengan nada geli.
“Ya abis lo ngomongnya aneh-aneh.”
“Iya. Iya. Sorry.”
Percakapan mereka terpotong karena seorang pelanggan menghampiri dan melakukan pemesanan serta pembayaran.
“Jadi, mulai kapan lo pacaran sama Sunwoo, Kak?” tanya Eric pada saat mereka sedang dalam perjalanan pulang ke apartemen. Dengan wajah masam, Haknyeon menjawab dengan sebuah kedikan bahu.
“Hah? Belom pacaran, lo tuh?!” tanya Eric terkejut.
“Ya menurut lo?!”
“Gue kira udah pacaran, anjir! Jadi selama hampir dua bulan ini kalian ngapain? Cuma chatting, saling mengunjungi tempat kerja masing-masing, flirting dikit-dikit, aku-kamuan, gitu?”
“Anjir! Dari mana lo tau kalo gue sama Sunwoo ngomongnya aku-kamu?!”
“Nggak sengaja liat chat room imess lo kemarenan ini.”
“Nggak boleh gitu lagi!”
“Iyaaa. ‘Kan udah gue bilang, gue nggak sengaja liat.”
Sesaat mereka berjalan dalam diam.
“Ric … kalo dia nggak suka sama gue, gimana?” tanya Haknyeon pelan.
“Kok tiba-tiba mikirnya gitu? Selama ini dia nggak pernah protes apa-apa, ‘kan?”
“Emang enggak sih, tapi … gimana kalo misalnya dia cuma ngikut arus aja? Atau cuma biar gue nggak malu? Atau … apa gitu?”
“Astaga, pikiran lo negatif banget dah.”
“Ya abisnya gimana? Dia nggak pernah ngungkit apa-apa juga. Nggak pernah keberatan kalo gue pura-pura keceplosan manggil ‘sayang’, cuma ketawa doang. Nggak pernah protes kalo gue ngasih perhatian, malah merhatiin balik. Tapi nggak pernah dia ngebahas yang menjurus lebih dari temen. ‘Kan gue jadi bingung.”
“Ya lo tembak aja duluan.”
“HAH?! KOK GITU?!”
“Ya lo suka nggak sama dia?”
“Suka.”
“Mau pacaran sama dia?”
“Mau.”
“Ya udah tembak aja duluan. Apa susahnya, sih?”
“Kalo dia nggak suka sama gue—atau lebih parah lagi, nggak suka cowok—dan nggak mau pacaran sama gue, gimana?!”
“Ya paling jadi canggung aja.”
“Lo nggak membantu banget, Ric! Sumpah!”
“Kak, seriusan. Pernah nggak lo mikir dari sisi dia? Mungkin aja dia punya ketakutan yang sama. Apalagi manajernya dia itu mantan lo. Jangan-jangan dia malah mikir lo dateng ke OW karena belom move on dari Kak Mantan.”
“Tapi ‘kan gue selalu chat sama dia, bukan sama si mantan.”
“Ya ‘kan dia nggak tau itu, Kak. Pikiran dan hati orang nggak ada yang tau sebelom ditanyain. Ya kecuali kalo lo dukun, sih.”
Haknyeon terdiam. Mungkinkah Sunwoo juga sama galaunya dengan dirinya? Mungkinkah Sunwoo berpikiran bahwa ia berkunjung ke Other World hanya supaya Haknyeon dapat melihat dan bertemu dengan Hyunjae? Kalau memang betul begitu, bagaimana ia harus meluruskan semuanya kepada Sunwoo?
“Nggak usah galau, ikutin saran gue. Tembak duluan aja, daripada lo penasaran terus. Mau sampe mana punya hubungan ngambang gini, Kak? Nggak bisa kelon, nggak bisa sayang-sayangan. Hih, boring banget!”
“Kompor, lo.”
“Tapi bener, ‘kan? Lo mau punya hubungan platonis kayak gini terus sama orang yang lo suka? Kalo mau sih ya terserah. Gue sih nggak sanggup.”
Membiarkan Eric berjalan mendahuluinya, Haknyeon pun mencerna dan mengendapkan usulan adik sepupunya itu.
Eric ada benernya, sih. Kalo gini terus, nggak akan ada kemajuan sampe kapanpun, nggak akan ada yang dimulai … atau mungkin diakhiri.
“Kok tumben Haknyeon nggak keliatan hari ini?” tanya Hyunjae saat memasuki area bar.
“Ngapain lo tanya-tanya?” balas Sunwoo sinis. Hyunjae berusaha menyembunyikan senyum gelinya melihat kekesalan yang jelas tercetak di wajah bos yang lebih muda darinya itu.
“Ya … basa-basi aja sih, Sun. Biasanya tiap hari dia ke sini.”
“Gue yang larang dia ke sini hari ini biar dia istirahat. Mau protes?” tantang Sunwoo. Hyunjae tidak bisa lagi menahan tawanya. Ia pun tertawa lepas.
“Lo cemburu sama gue?”
“ENGGAK!”
“Nggak usah ngelak, itu di jidat lo udah ada tulisan ‘JEALOUS’ yang gede banget,” kekeh manajer Other World itu. “Nggak usah cemburu sama gue, Haknyeon sama gue udah clear, nggak ada apa-apa lagi. Dan nggak ada niatan untuk balikan juga. Cowok lo aman dari gue.”
“Dia bukan cowok gue!?” sentak Sunwoo panik.
“HAH?! KOK BISA?!”
“Ya bisa, lah! Dia cuma nganggep gue temen. Kayaknya.”
“Nggak mungkin, Sun! Gue tau Haknyeon, nggak mungkin dia mau sering main ke sini kalo nggak punya perasaan apa-apa sama lo. Waktu gue mulai kerja di sini, gue udah pacaran sama Haknyeon, tapi pernah lo liat dia maen ke sini? Enggak, 'kan?” Sunwoo menggeleng.
Bener juga, ya? Gue nggak pernah ketemu Haknyeon di OW sebelomnya.
“Berapa kali dalam seminggu lo chatting sama dia?”
“Mmm … tiap hari?”
“NAH!”
“Nah apa?”
“Berarti dia nggak cuma nganggep lo temen.”
“Kok bisa?”
“Lah sama gue aja dulu waktu pacaran chatting-nya bisa diitung sama satu tangan dalam seminggu. Berapa KALI chat loh ya, bukan berapa HARI chat.”
Sunwoo terdiam sesaat. “Gitu?”
“Iya. Gitu. Udah deh, gue kasih tau, dia suka sama lo, jadi lo nggak usah cemburu sama gue.”
“Terus? Gue harus gimana?”
“Ya mana gue tau?! Lo maunya gimana? Mau gini doang ya terserah, tapi kalo mau lebih dari ini, ya usaha. Tembak dia lah, keburu ada yang nikung.”
Sunwoo terdiam lagi.
“Ah, lo lama!” Hyunjae pun melangkah kembali ke arah kantor meninggalkan Sunwoo termenung sendiri.
Setengah jam sudah Hyunjae lalui dengan memeriksa laporan keuangan dan stok mereka bulan itu saat ia lihat Sunwoo melongokkan kepalanya ke dalam ruangan.
“Bang?” tanya pemuda itu ragu-ragu.
“Oi?”
“Gue besok boleh libur?” Hyunjae menaikkan sebelah alisnya.
“Tumben?”
“Itu … anu …. Eh tapi kalo nggak boleh juga nggak apa-apa, kok! Iya, nggak apa-apa, nggak jadi libur.” Gugup, Sunwoo buru-buru membatalkan permohonannya dan menarik kepalanya dari ambang pintu.
“Eh! Tunggu! Sun!” cegah Hyunjae.
“Ya?” Hyunjae mempelajari wajah pemuda itu sesaat. Semburat merah muda masih tertinggal di kedua pipinya.
“Mau jalan sama Haknyeon, ya?” tebak Hyunjae coba-coba. Oh! Bener ternyata! Astaga, ini anak beneran duapuluh tiga taun, gitu? Kok polos banget? pikirnya geli saat Sunwoo membelalakkan matanya dengan wajah yang semakin memerah.
“Boleh, Bang?”
“Boleh bangeeet! Gue kontak Hyunjun sekarang buat ngasih tau kalo dia double shift besok, ya?” Sunwoo mengangguk dengan mimik berterima kasih.
“Oh! Sun?” panggil Hyunjae lagi saat Sunwoo kembali akan pergi.
“Ya?”
“Lo nggak perlu sungkan untuk minta libur, ya? Langsung bilang aja, I'll find the way to cover you up.”
“Thank you, Bang.”
©️aratnish'22