Melihat Bintang — 01. sinis


“Kakak, Adek beneran nggak apa-apa kalo ikut?” tanya Sunwoo takut-takut kepada Younghoon, kakaknya.

“Nggak apa-apa, Adek ... 'kan gue yang ngajakin lo ikut,” jawab Younghoon untuk kesekian kalinya sambil membereskan ranselnya.

“Emangnya Kak Hak— Kak Juhak setuju? Dia 'kan nggak suka sama Adek,” tanya Sunwoo pelan sambil menunduk dan memilin-milin ujung kaosnya.

Younghoon menghela napas. Untuk urusan yang satu itu, Younghoon juga cukup bingung. Ju Haknyeon dan Kim Sunwoo dari dulu selalu berteman dekat karena rumah mereka yang bersebelahan, namun semenjak Sunwoo masuk kuliah, sikap Haknyeon kepada adiknya itu berubah drastis.

Ia tidak mau lagi dipanggil 'Kakak Hakkie' oleh adik Younghoon itu, ia meminta Sunwoo untuk memanggilnya 'Juhak' seperti semua orang memanggilnya. Ia juga terkesan menjauhi Sunwoo, walaupun ada saat-saat dimana Younghoon melihat bahwa Haknyeon memperhatikan Sunwoo secara diam-diam.

Younghoon curiga kalau Haknyeon sebenarnya menyukai Sunwoo, namun bingung bagaimana cara menyampaikannya. Atau apakah ia yakin dengan perasaannya itu.

“Gue udah bilang Juhak kok kalo lo bakal ikut. Yah ... Juhak emang cuma cemberut aja sih, tapi dia nggak nolak juga.” Younghoon menambahkan kalimat terakhir dalam hati.

“Tapi—”

“Tapi Adek mau ikut nggak sebenernya?” potong Younghoon. Adiknya itu mengangguk dengan semangat.

“Mau! Mau banget liat bintang! Kata Eric seru banget! Terus kata Eric juga, kalo liatnya dari bukit yang kita datengin nanti, langitnya keliatan luaaas banget karena nggak ketutupan gedung-gedung tinggi, jadi bintangnya juga keliatan banyaaak banget!” cerocos Sunwoo sambil menggerak-gerakkan tangannya dengan semangat, membuat Younghoon tersenyum geli.

Eric adalah sahabat Sunwoo sedari SMA, yang kini juga satu kampus dengannya dan Younghoon. Dan Haknyeon.

“Ya udah kalo gitu ikut aja, 'kan ada gue. Nanti gue marahin Juhak kalo dia ngejahatin lo.”

Setelah termenung sesaat, akhirnya adiknya itu mengangguk.

“Iya deh kalo gitu. Tapi Adek nggak punya sleeping bag, Kak.”

“Nggak apa-apa, nanti lo satu sleeping bag aja sama gue. Gue nanti bawa yang gede. Mau?”

“Hu-um. Mau.”

“Ya udah, tunggu apa lagi? Sana beresin ranselnya.”

Si adik pun langsung berlari kecil keluar dari kamar kakaknya.


Weekend itu, beberapa anggota dari Klub Astronomi kampus mengadakan acara sampingan untuk melihat bintang di bukit. Mereka yang ikut adalah Sangyeon—yang walaupun sudah lulus tapi tetap ikut karena ia adalah kakak sepupu Haknyeon, kemudian ada Younghoon, Hyunjae, Kevin, Changmin, Haknyeon, dan Eric. Walaupun bukan anggota Klub Astronomi, Sunwoo tetap diajak karena itu bukanlah acara resmi klub.

“Sunu jadi ikut?” tanya Sangyeon kepada Younghoon di telepon malam itu.

“Jadi.”

“Nanti sesuai rencana, 'kan?”

“Yap.”

“Udah siap semuanya?”

“Udah beres, Bang. Anaknya juga nggak curiga.”

“Ini nggak ada yang tau selain lo sama gue, 'kan?”

“Iya, gue nggak ngasih tau siapa-siapa. Takutnya malah ada yang kelepasan. Ntar si Juhak makin marah. Adek lo itu kenapa, sih? Kasian 'kan adek gue dijutekin mulu! Udah tau kalo aslinya Sunu itu nggak terlalu pede, dijutekin ya langsung insecure lah anaknya!” protes Younghoon.

“Ya 'kan ini udah kita omongin kemaren, Hoon. Makanya kita bikin rencana ini, 'kan?”

“Iya juga, sih.”


“Oke, jadi yang ikut mobil Bang Sangyeon; Younghoon, Sunu, sama Juhak. Terus yang di mobil gue; Kevin, Changmin, sama Eric.” Keesokan harinya, Hyunjae membagi personil ke dalam dua mobil untuk berangkat ke bukit.

“Nunu boleh nggak, satu mobil sama Eric?” tanya Sunwoo malu-malu. Semua yang ada di situ menoleh ke arah yang termuda ke dua di antara mereka.

“Nggak boleh. Lo harus bareng sama Kakak.”

Paham bahwa Sunwoo enggan duduk bersamanya dalam satu mobil, Haknyeon pun angkat bicara.

“Gue aja yang pindah ke mobil lo, Bang. Ric, tukeran sama gue.”

No no no. Juhak, lo tetep di mobil gue,” titah Sangyeon.

“Kalo gitu Eric boleh pindah ke mobil sini, nggak?” pinta Sunwoo lagi. Suaranya kini sudah bergetar karena takut melihat ekspresi masam Haknyeon.

“Iya. Gue pindah ke sana aja,” kata Eric yang kasihan melihat wajah memelas Sunwoo. Seketika wajah sahabatnya itu langsung berbinar.

“Eric duduk di tengah, ya?” pinta Sunwoo pelan saat mereka akan masuk ke mobil Sangyeon. Tidak terlalu pelan ternyata, karena Haknyeon mendengarnya dan mendecakkan lidah karena kesal.

“Iya, gue duduk di tengah.” Eric menyetujui dengan sabar.

Selama perjalanan, sesekali Younghoon dan Sangyeon saling melirik. Lirikan tahu sama tahu mengenai keadaan di belakang mereka. Sunwoo dan Eric asyik mengobrol dan bercanda, sementara Haknyeon melihat ke luar jendela, selama perjalanan, dengan wajah masam. Sepertinya kedua kakak itu sudah mulai bisa membaca apa yang sedang terjadi di belakang sana.


“Jadi, nanti kita ngediriin tendanya di sini, lalu kita liat bintangnya di sana, ya,” atur Kevin sambil mengeluarkan peralatan berkemah dari bagasi mobil Hyunjae.

“Oke,” jawab yang lainnya serempak.

Tanpa banyak cakap, mereka mengeluarkan semua perlengkapan yang mereka butuhkan untuk mendirikan tenda.

“Biar cepet, gimana kalo Bang Sangyeon sama Juhak mulai siap-siap bikin makan malem buat kita, lalu yang lainnya ngediriin tenda?” usul Changmin, yang langsung disetujui oleh semuanya.

Younghoon dan Hyunjae bertugas membangun tenda untuk Younghoon-Sunwoo dan Hyunjae-Kevin. Kevin dan Changmin bertugas membangun tenda untuk Changmin-Eric, sementara Sunwoo dan Eric bertugas membangun tenda untuk Sangyeon-Haknyeon.

Pasangan lain tidak ada yang kesulitan membangun tenda, hanya Sunwoo dan Eric saja yang terlihat sedikit kepayahan. Sebenarnya Eric cukup terampil, namun dipasangkan dengan Sunwoo yang minim pengetahuan dan pengalaman dalam membangun tenda, Eric jadi sedikit kewalahan juga. Hal itu membuat Haknyeon yang sedari tadi memperhatikan Sunwoo berdecak dengan gemas.

“Bisa nggak, sih?!” tanya Haknyeon tidak sabar sambil mendekati Sunwoo.

“Eh?! Kak Ha— Kak Juhak. Bisa, Kak. Bisa,” jawab Sunwoo gugup sambil berusaha mengangkat tiang pancang yang dipegangnya.

“Nggak gitu caranya. Lo harus barengan sama Eric, kalo enggak, nanti bakal miring tendanya. Lo niat bikin tenda gue roboh nanti malem?”

“Enggak, Kak. Enggak.” Sunwoo sudah ingin menangis saat itu karena mendengar nada suara Haknyeon.

“Nanti gue yang mastiin bener-bener kalo tenda lo kokoh, Bang. Beneran. Atau lo sama Bang Sangyeon mau tidur di tenda gue? Nggak apa-apa, gue yang tidur di sini sama Sunu kalo lo nggak yakin.” Eric menengahi. Jujur, ia tidak dapat memahami Haknyeon. Menurut cerita Sunwoo, dulu Haknyeon sangat baik padanya, tapi Eric tidak bisa melihat kebaikan Haknyeon karena ia selalu terkesan memusuhi Sunwoo.

“Nggak usah. Lo bantu Bang Sangyeon aja, Nu. Biar gue yang ngediriin tenda sama Eric. Setidaknya lo bisa motong kentang, 'kan?” ucap Haknyeon sinis.

“Bi— bisa, Kak.”

“Ya udah sana bantuin Bang Sangyeon!” usir Haknyeon.

“I— iya, Kak.”

Berbalik memunggungi lokasi (calon) tenda Sangyeon-Haknyeon, Eric dapat melihat Sunwoo berjalan menuju tempat Sangyeon memasak sambil menyeka matanya dengan punggung tangan.

“Lo kenapa sih, Bang? Kesalahan Sunu 'kan nggak segitu fatalnya! Nggak usah lah lo marah-marah gitu ke dia. Wajar aja dia nggak cakap ngebangun tenda, dia 'kan bukan anak klub!” omel Eric tidak tahan lagi.

“Lo diem! Nggak usah banyak bacot!”

Eric tersentak. Nada suara Haknyeon benar-benar berbeda dengan saat ia menegur Sunwoo tadi. Saat itu, nada suaranya memang keras dengan pemilihan kata yang cukup tajam. Tapi ini ....

'Anjirlah, kalo nada suara bisa ngebunuh orang, gue udah termutilasi jadi seratus bagian kayaknya,' ucap Eric dalam hati sambil melanjutkan bagiannya dalam pembangunan tenda itu.

'Eh tunggu ... kok kayaknya gue paham sesuatu, ya?' Eric menghentikan pekerjaannya sejenak untuk melihat diam-diam ke arah Haknyeon.

Ke arah Haknyeon, yang sedang memperhatikan Sunwoo, yang sedang membantu Sangyeon memasak dengan tekun.

Ke arah Haknyeon, yang sesekali tersenyum saat melihat interaksi antara Sunwoo dan Sangyeon.

'Aaah ... jadi gitu maksudnya? Jadi lo nggak mau Sunu ngelakuin kerjaan berat? Hooo ... paham gue sekarang.' Eric bergegas menyembunyikan senyum gelinya saat Haknyeon berbalik menghadap onggokan tenda di antara mereka.


“Eric ... Eric mau tukeran duduknya sama Nunu, nggak?” bisik Sunwoo pelan saat mereka sudah duduk berjajar di bukit untuk melihat bintang malam harinya.

Eric sedikit melirik ke arah Haknyeon yang duduk di samping kanan Sunwoo, yang kelihatannya tidak peduli dengan pembicaraan mereka, tapi Eric yakin telinga itu terbuka lebar-lebar untuk mencuri dengar.

“Nggak mau, Nu. Lo tau sendiri gue kalo excited suka heboh, nanti kalo gue dimarahin Bang Juhak, gimana?” tolak Eric pelan.

“Jadi kalo Nunu yang dimarahin Kak Juhak, nggak apa-apa?” cicit Sunwoo.

“Nggak gitu, tapi 'kan lo ada Bang Younghoon, bisa ngadu ke sana. Lah gue ngadu ke siapa?”

“Jadi Eric nggak mau tukeran?”

“Enggak.”

Memajukan bibirnya, Sunwoo menyerah dan kembali duduk menghadap hamparan langit berbintang di hadapannya. Sekilas, Eric bisa melihat bahwa Haknyeon mengembuskan napas lega dan postur tubuhnya menjadi lebih rileks.

'Bang Juhak nih kayak anak kecil yang suka bikin nangis orang yang dia suka deh,' kata Eric geli dalam hati. 'Tapi dia sih keterlaluan tsundere-nya ke Sunu.'

Langit semakin gelap, menyebabkan semakin banyak bintang yang terlihat di langit.

“Untung malem ini cerah, ya?” ucap Changmin lega.

“Iya. Sempet deg-degan waktu tadi siang agak mendung,” timpal Kevin.

“Bintang jatuuuh!”

Semua pasang mata beralih ke arah Sunwoo yang berseru sambil menunjuk-nunjuk langit malam.

“Kak Hakkie! Kak Hakkie! Itu tadi bintang jatuh! Kakak Hakkie liat, nggak? Ayo kita make a wish!” seru Sunwoo semangat sambil menggenggam tangan Haknyeon yang menatapnya dengan ekspresi aneh. Tersadar beberapa detik kemudian, Sunwoo segera melepaskan genggamannya.

“Eh … maaf, Kak. Itu … bintang jatuh, Kak Juhak ….” Sunwoo mengulangi ucapannya dengan pelan.

“Iya. Gue liat. Gue juga punya mata. Nggak usah kampungan deh.”

Dengan ekspresi seperti anak anjing yang dibuang oleh majikannya, Sunwoo menghadap ke arah Eric.

“Eric … bintang jatuh …,” ucap Sunwoo pelan.

“Iyaaa! Ayo kita make a wish, Nu!” sambut Eric semangat, mencoba untuk menghibur Sunwoo yang semangatnya langsung padam karena perkataan Haknyeon. Merasa didukung oleh Eric, semangat Sunwoo pun kembali menyala.

“Iya! Ayo!”

Kedua yang termuda itu pun mengatupkan tangan dan menutup mata mereka, membuat permohonan kepada bintang jatuh yang sudah lama lewat.

“Adek lo boleh gue pites nggak, Bang?” desis Younghoon kesal.

“Jangan. Mau gue duluan yang mites,” bisik Sangyeon tidak kalah kesal.

Kegiatan melihat bintang itu berlangsung selama beberapa saat, terkadang diisi oleh informasi-informasi seputar rasi bintang yang diberikan oleh Sangyeon, terkadang hanya diisi oleh keheningan sambil mengagumi ciptaan Tuhan yang terhampar di depan mereka.

“Indah ya …,” cetus Sunwoo pelan dengan nada memuja sambil tetap memandang ke depan.

“Iya … indah,” jawab Haknyeon tidak kalah pelan, dengan nada yang sama.

Yang membedakan, Haknyeon tidak melihat ke arah hamparan langit berbintang. Haknyeon melihat lurus ke arah Sunwoo.

“Eh??” terkejut dengan jawaban Haknyeon, pemuda itu langsung menolehkan kepalanya. Kalang kabut karena ditatap secara tiba-tiba, Haknyeon mengeluarkan senjata pamungkasnya, bersikap sinis.

“Apa liat-liat?!”

“Eh … enggak, Kak.” Takut-takut, Sunwoo kembali menatap ke depan walaupun dengan mimik bingung.

‘Oooh … Ju Haknyeon you’re whipped!’ komentar yang lainnya geli dalam hati, akhirnya mengetahui alasan kenapa Haknyeon selalu bersikap sinis dan galak kepada Sunwoo.


Malam semakin larut. Satu per satu peserta bergantian menguap.

“Tidur, yuk!” ajak Kevin setelah menguap untuk ke sekian kalinya.

“Yuk. Gue juga udah ngantuk banget.” Hyunjae menyetujui sambil beringsut berdiri. Tanpa kata-kata persetujuan yang eksplisit, semuanya beranjak berdiri dan menuju tenda masing-masing.

Sunwoo menunggu di depan tendanya saat Younghoon mempersiapkan sleeping bag untuk mereka tidur malam itu. Suara terkejut yang dikeluarkan oleh sang kakak membuat Sunwoo penasaran.

“Kenapa, Kak?” tanyanya.

“Nu ….”

“Ya?”

“Gue salah bawa sleeping bag ….”


—aratnish'21