Moonie Galau

Bagian 36 dari “Eternity”

“Kok tumben kamu diem aja?” tanya Angello saat melihat Moonie hanya termangu di meja kerjanya di Araf.

“Ada atua yang pengen balik lagi jadi manusia,” jawab Moonie pelan.

“Oh? Tumben? Tapi … itu memungkinkan, ‘kan? Aku rasanya inget kamu pernah bikin klausul tentang itu di Kitab Anahera.” Moonie mengangguk. “Tapi waktu itu kamu bilang caranya cukup ekstrem.” Moonie kembali mengangguk.

“Karena aku nggak pernah mikir bakal ada atua yang pengen balik lagi ke kehidupan fananya. Makanya aku iseng aja bikinnya.”

Angello menghela napas. “Kamu nih kebiasaan sih, nggak pernah serius, semua dibawa iseng. Kalo udah ada kejadian, baru kamu pusing.” Moonie hanya mengedikkan bahunya tanpa berkomentar apapun, karena setiap kata yang Angello ucapkan adalah benar adanya.

“Emangnya siapa yang pengen balik jadi manusia lagi?”

“Sunwoo.”

“Oh?!”

“Sumpah aku kaget banget, Ange. Aku nggak nyangka Sunwoo pengen balik jadi manusia.”

“Kenapa katanya?”

“Karena dia pengen hidup sama Haknyeon.”

“Oh!” respons Angello dengan bersemangat.

Yeah. Oh,” jawab Moonie tanpa semangat sama sekali.

Go ahead. Tell him. They're indeed meant to be together.”

You know something,” kata Moonie curiga sambil melihat ke arah Angello yang tersenyum bahagia.

A little.”

A 'little' will be a big help if you want to share it with me,” gerutu Moonie.

Have you ever heardthe couple made in Heaven’?”


Beberapa bulan sebelumnya di ruang kerja Angello ….

“Angeellooo~” seru sebuah suara dengan bersemangat, bahkan sebelum gumpalan asap putih yang bercampur dengan semburat merah muda itu hilang sepenuhnya.

“Oh. Hai, Honey,” jawab Angello datar tanpa mengangkat pandangan sedikit pun dari buku tebal di hadapannya, Kitab Anahera.

“Angello kenapa? Kok murung?” tanya Younghoon, yang biasa dipanggil dengan Hoonie, yang biasa dipelesetkan menjadi Honey, sang Malaikat Asmara.

“Aku lagi nyesel.”

“Nyesel kenapa?” Younghoon duduk di sandaran tangan kursi Angello dan memeluk anahera itu dari samping, meletakkan pipinya di puncak kepala Angello.

“Sekali-sekalinya aku ngelanggar aturan, eh malah bikin kacau.”

“Bikin kacau gimana, Angel?” tanya Younghoon sambil mengelus lengan Angello untuk menenangkan sang anahera.

“Kamu inget nggak sih waktu Sangyeon ngedatengin aku karena ada manusia yang pengen inkarnasi?”

“Hm-mm.”


“Angello kenapa, sih? Mukanya kok kusut banget? Ada jiwa yang susah diatur, ya? Atau ada jiwa yang ceritanya sedih banget?” Angello menggeleng sambil tetap membolak-balik Kitab Anahera di depannya.

“Angello iiih … aku jangan diangguriiin,” rajuk Younghoon sambil menarik-narik lengan Angello, meminta perhatian.

“Sangyeon tadi dateng ke sini—”

“Oooh! Terus sekarang mana Sangyeon-nya?” Younghoon melihat ke sekeliling dengan tatapan berbinar. Angello akhirnya berhasil memunculkan senyum kecil di wajahnya.

“You’re really whipped, Honey.”

“Well, none will resist that hot body, Angel.” Angello tertawa saat mendengar nada penuh kekaguman keluar dari mulut Malaikat Asmara itu.

“So?” Younghoon kembali bertanya saat Angello tidak mengatakan apapun lagi.

“Ada jiwa yang terang-terangan pengen ketemu sama aku karena pengen inkarnasi.”

“Oh? Menarik. Tapi … bukankah itu akan melanggar aturan di Kitab Anahera?” Angello mengangguk.

“Makanya aku lagi nyari klausul yang bisa menganulir aturan itu.”

“Hah? Gimana? Maksudnya kamu mau nurutin kemauan jiwa itu? Kamu mau melanggar klausul yang ada? Wow! Kamu beneran Angello?!” tanya Younghoon tidak percaya.

“I don’t believe it either,” gumam Angello sambil menggelengkan kepala.

“Emangnya kenapa jiwa itu pengen inkarnasi? Kok nggak sabaran banget nunggu sampe gilirannya reinkarnasi?”

“Katanya dia mau ketemu sama sahabatnya.”

“Oh? Sahabatnya masih hidup? Tapi ‘kan nggak menjamin dia langsung bisa inkarnasi ‘kan, Ange?” Kebingungan jelas tercetak di wajah tampan Younghoon.

“Sahabatnya itu atua.”

Mulut Younghoon terbuka tanpa mengeluarkan suara apapun. Mata indah itu pun membelalak lebar. “The heck?! Wow! Ini menarik banget! Who’s the atua?”

“Moonie’s golden child, Kim Sunwoo.”

“Aaaw … so cute.”

“Everything looks cute in your eyes, Honey,” goda Angello yang berhasil membuat Younghoon terkekeh geli.

“Tapi beneran deh, Angel … nggak ada salahnya ‘kan mempertemukan kedua sahabat itu lagi? Since atua bakal hidup selamanya dan kita tau dari Moonie bahwa Sunwoo jadi atua karena nggak bisa ninggalin sahabatnya, kenapa nggak kita kasih sedikit kebahagiaan buat Sunwoo? Not to mention life did no justice to him before.”

Angello hening sejenak. “Kamu ada benernya juga, tapi … peraturannya ‘kan nggak gitu, Hon.”

“Tapi … Moonie juga banyak menyalahi aturan, jadi … satu kali aja kamu yang menyalahi aturan, nggak apa-apa ‘kan?” Younghoon menampilkan cengirannya yang sangat memesona. Angello tertawa keras.

“Apa kamu yakin kamu bener-bener malaikat? Kok malah nyuruh aku melanggar aturan?”

“Aku Malaikat Asmara, Angel … dan aku suka banget sama kisah-kisah persahabatan gini.” Angello kembali tersenyum.

“Baiklah. Aku rasa nggak ada ruginya mengabulkan permintaan jiwa itu,” kata Angello sambil menutup kitab di depannya.


“Dan kenapa kamu jadi nyesel?” tanya Younghoon bingung.

“Karena inkarnasinya nggak ngeliat Sunwoo hanya sebagai sahabat.”

“Wow! Maksudnya, inkarnasinya itu suka sama Sunwoo? Bagus, dong! Aku suka kalo ada plot twist asmaranya gini!”

“Honeeey … inkarnasinya itu cowok dan aku nggak tau apa Sunwoo suka cowok atau enggak! Moonie juga nggak tau!”

“Oh.”

“Aduuuh … aku pusing!”

Anyway, siapa nama inkarnasinya?”

“Ju Haknyeon.”

Younghoon menjentikkan jemari tangan kanannya dan sebuah buku besar serta amat sangat tebal berwarna putih muncul di hadapannya.

“G. H. I …. J! Ju Haknyeon … Ju Haknyeon ….” Younghoon bergumam pelan sambil menyusuri halaman demi halaman buku itu. Angello menanti dengan sabar, karena ia pun penasaran dengan apa yang ada di dalam pikiran Malaikat Asmara itu.

“Ini dia! Ju Haknyeon … hmm … hmm ….” Younghoon membaca kata demi kata dalam sebuah gumaman pelan, membuat Angello tidak dapat mendengarnya.

“Angello, menurutku kamu nggak perlu nyesel, deh.”

What do you mean?” Angello semakin bingung.

“Liat ini.” Younghoon menggeser bukunya agar Angello bisa melihat tulisan mengenai Ju Haknyeon di sana.

What?! Jadi sebenernya mereka dihubungin sama benang merah takdir?!” seru Angello tidak percaya. Younghoon mengangguk dengan penuh semangat.

Yes! Sebenernya benang merah itu terhubung dari zaman sebelum dia inkarnasi, tapi Sunwoo udah keburu dieksekusi sebelum benang merah itu bener-bener kuat ikatannya. Yang bikin makin rumit, ternyata Sunwoo malah jadi atua, bukan menunggu reinkarnasi atau memilih untuk inkarnasi.”

“Aku udah lama jadi anahera, tapi tetep aja kalo ada kejadian kayak gini, aku amazed sendiri,” ucap Angello sambil menggelengkan kepalanya.

It’s okay, Angel. Love will find its way to sail.”


Moonie menganga tidak percaya saat Angello selesai bercerita.

“Jadi … kalian … kalian ….” Angello tertawa geli. “HONEY! Come here!” teriak Moonie kesal. Dalam hitungan detik, sebuah asap berwarna putih dan bercampur dengan semburat warna merah muda muncul di ruangan Moonie.

Miss me, Moon?” goda Younghoon.

“Sunwoo dan Haeseong—Haknyeon ini … kamu yang bikin Angello ngelanggar aturan?!” tanya Moonie tanpa tedeng aling-aling.

“Oh? Dia udah tau?” tanya Younghoon geli pada Angello.

“Halooo … ‘dia’ ada di sini, ya!” omel Moonie kesal.

“Oh ayolah, Moon … bukankah menurutmu akan sangat romantis kalau mereka berdua bisa bertemu lagi dan menyatukan benang merah mereka?”

“Prosesnya ribet, Honey! Ini atua yang kita omongin!”

“Tapi mereka udah ditakdirkan untuk bersatu, Moon! Kamu mau nyangkal apa yang tertulis di kitabku?!” protes Younghoon kesal sambil mengerucutkan mulutnya. Moonie menghela napas berat dan menutup matanya, mengistirahatkan kepalanya di sandaran kursi.

“Honey, Ange, proses yang harus Sunwoo lalui untuk jadi manusia lagi itu sangat berisiko.”

Moonie menjabarkan apa saja yang harus Sunwoo lakukan dan alami supaya atua itu bisa kembali menjadi manusia. Ruangan itu menjadi hening saat Moonie menyelesaikan penjabarannya.

“Moon … kenapa kamu bikinnya ekstrem banget, sih?” tanya Younghoon pelan dengan tidak habis pikir.

“Karena aku pikir nggak akan ada kejadian kayak gini, Honey!” Moonie mengusap kasar wajahnya dengan kedua tangan.

“Moon … sorry, aku … aku nggak tau kalo prosesnya kayak gitu …,” ujar Angello pelan, merasa sedikit bersalah dengan tindakan gegabah yang dilakukannya lebih dari tiga abad sebelumnya.

That’s why, Ange … kalo kamu mau bikin move apapun yang melibatkan atua, tolong … tolong banget, obrolin sama aku dulu.”

Ketiganya terdiam. Suasana di ruangan itu berubah menjadi muram. Angello dan Younghoon saling berpandangan dengan tatapan bersalah. Mereka tidak menyangka bahwa Moonie yang ceria, easy going, dan kadang (dibaca: cukup sering) melanggar aturan itu akan cukup terpukul dengan apa yang mereka lakukan terkait dengan takdir Haeseong dan Haknyeon.

“Sekarang … aku harus ngomong apa ke Sunwoo?” bisik Moonie parau.


©️aratnish'22


Author's Note:

Halo ... aku izin hadir untuk menuliskan sedikit catatan dan permintaan maaf di sini. Jadi, di beberapa bagian sebelumnya, sepertinya aku ada blunder untuk penggunaan istilah reinkarnasi dan inkarnasi. Setelah aku browsing—yang bodohnya browsingnya setelah aku nulis dan posting—maksudnya adalah seperti ini:

(Sumber: Kompasiana)

Pembicaraan di bagian-bagian awal sudah ada beberapa yang aku revisi, terutama kalau yang berdialog adalah Angello dan Moonie. Selain mereka berdua, istilah reinkarnasi akan tetap muncul (sampai penceritaan selanjutnya), karena mereka tidak tahu bahwa Haeseong memilih untuk terlahir kembali dalam wujud manusia untuk bertemu dengan Sunwoo.

Disclaimer tambahan: kedua istilah tersebut kemungkinan akan mengalami pergeseran makna untuk kepentingan cerita. Semoga bisa dimengerti dan dimaklumi, ya ... dan mohon maaf karena sudah membuat blunder >.<