Perihal Dengkuran — 02. gotcha, hak!
“Nu, maaf ya ... ternyata jadinya cuma gue sendiri yang bawa temen di luar anggota klub. Mana kita jadinya tidur di ruang tengah bareng-bareng, lagi,” sesal Haknyeon saat ia membantu Sunwoo—yang secara sukarela mengajukan diri—memanggang daging untuk makan malam mereka.
“Nggak apa-apa, Hakkie. Tenang aja ... toh gue juga sebenernya udah kenal sama mereka.” Sunwoo mengelus puncak kepala Haknyeon dengan sayang.
“Terus sekarang lo malah jadi juru panggang.” Sunwoo tertawa.
“It's okay, 'kan gue yang mengajukan diri.”
“Tapi—”
“Nggak ada tapi-tapian. Nih, yang ini udah mateng. Bawa ke tempat Kak Sangyeon sama yang lainnya sana.” Sunwoo menyerahkan piring berisi potongan daging sapi matang kepada Haknyeon yang masih menatapnya dengan perasaan bersalah.
“Udaaah ... gue nggak apa-apa.” Sunwoo mendorong Haknyeon pelan sambil tersenyum geli.
“Haknyeon sama Sunwoo tuh ... pacaran?” tanya Jacob saat melihat interaksi keduanya di depan panggangan.
“Masa sih?” Sangyeon terkejut.
“Lah nggak tau, makanya gue nanya.”
“Kalo dari gerak-geriknya sih iya, tapi kata Haknyeon mereka cuma sahabatan,” timbrung Kevin.
“Masih pasangan baru kali ya? Jadi malu-malu,” tebak Jacob geli. Sangyeon dan Kevin tertawa.
“Iya kayaknya. Lagian, Haknyeon juga baru gabung di klub, mungkin masih nggak nyaman untuk langsung bilang kalo dia pacaran sama Sunwoo.” Kevin mengangguk sebagai persetujuan atas ucapan Sangyeon.
“Bisa jadi. Lagian, Sunwoo juga termasuk cowok populer 'kan di kampus? ... Eh! Jangan-jangan Sunwoo yang nggak mau go public? Jangan-jangan dia takut popularitasnya menurun?!”
“Hush! Kev! Jangan nethink gitu sama orang. Kalo Sunwoo emang mau backstreet, dia nggak akan mau diajak ke sini, 'kan? Lagian di sini juga kayak yang cuek-cuek aja dia skinship ke Haknyeon. Justru Haknyeon yang keliatannya malu-malu.”
“Tapi—”
“Lagi bahas apaan, Kak?” Tiba-tiba Haknyeon muncul sambil membawa dua piring berisi daging sapi panggang.
“Eh. Enggak. Ini lagi bahas minggu depan mau ambil buku apa buat dibedah.” Sangyeon segera mengalihkan pembicaraan.
“Lah. Katanya mau full liburan. Gimana sih, Pak Ketua ini?” gelak Haknyeon.
“Hehehe ... kebiasaan,” jawab Sangyeon rikuh sambil menggaruk rahangnya yang tidak gatal.
“Pak Ketuaaa ... jalan-jalan ke pantai, yuuuk!” ajak Giselle, salah satu anggota perempuan dari klub bedah buku itu.
“Yuk, Yeon ... asyik nih kayaknya ke pantai malem-malem.” Jacob segera berdiri dari duduknya.
“Ya udah ayo, tapi ini semua diberesin dulu, yuk.”
“Gue aja yang ngeberesin nggak apa-apa, Kak. Kalian berangkat aja duluan.” Sunwoo sudah berada di sebelah Haknyeon dan memegang pinggang pemuda itu sekilas. Tidak cukup “sekilas”, karena baik Sangyeon, Jacob, dan Kevin sudah melihatnya, sementara Haknyeon langsung salah tingkah.
“Eh ya nggak gitu dong, Nu. Lo 'kan tamu,” tolak Kevin.
“Nggak apa-apa, Kak. Nggak banyak kok yang harus diberesin, nggak nyampe setengah jam juga pasti udah beres.”
“Tapi—”
“Nggak apa-apa, Kak. Gue bakal nemenin Sunwoo beres-beres, kok,” potong Haknyeon.
Saling menatap penuh arti, ketiga seniornya di klub itu akhirnya mengangguk sambil berusaha menyembunyikan senyum simpul mereka. Sunwoo pun ikut menyembunyikan senyumannya.
'Hakkie nih ... katanya belom siap untuk go public, tapi sekarang dia sendiri yang buka kedok. Ya gue 'kan jadi seneng,' pikir Sunwoo geli.
“Ada yang bisa tidur nggak sih tadi malem?” sungut Sangyeon keesokan paginya.
“Enggaaak!” jawab Jacob dan Kevin serempak.
“Eh? Kenapa? Ada apa? Kok gue nyaman-nyaman aja tidurnya?” tanya Haknyeon bingung.
“Sunwoo! Asli lo kalo tidur ngorok parah bangeeet!” protes Kevin kepada Sunwoo.
“Ah masa? Kok gue nggak denger?” elak Sunwoo.
“Ya mana ada orang ngorok ngedenger dengkurannya sendiri, ogeb?!” Sepertinya kurang tidur membuat sang penyabar Jacob menjadi grumpy.
“Ehehehe ... ya maaf banget, Kak. Gue agak kecapekan kayaknya beberapa hari ini.”
“Lo bisa tidur, Hak? Lo 'kan tidurnya sebelahan banget sama Sunwoo,” tanya Sangyeon sambil berusaha membuka penuh matanya yang masih mengantuk.
“Bisa, Kak. Gue sih udah biasa, soalnya Sunu emang kalo lagi tidur suka ngorok. Apalagi kalo udah kecapekan, pasti kenceng banget,” jawab Haknyeon tenang.
Semua pasang mata yang ada di ruangan itu saling melirik satu sama lain dengan tatapan geli. Tidak terkecuali Sunwoo yang sedang berusaha sekuat tenaga untuk menahan tawanya mendengar Haknyeon yang dengan tenang—tanpa sengaja—mengemukakan tentang indikasi hubungan mereka.
“Oooh? Lo udah biasa?” pancing Kevin. Haknyeon mengangguk yakin.
“Dia sering nginep di kosan gue. Gue juga sering nginep di kosan dia. Jadi ya ... udah biasa banget sih denger dengkurannya dia di sebelah telinga persis.”
Sungguh. Sunwoo tidak tahan lagi. Ia harus tertawa, kalau tidak, wajahnya pasti akan meledak. Tapi ia tidak ingin membuat Haknyeon curiga, jadi ia hanya berpura-pura terbatuk.
“Hmm ... jadi ... lo sama Sunwoo itu pacaran?” Jacob juga tidak tahan untuk memancing jawaban tentang hubungan mereka. Lagi, Haknyeon mengangguk dengan mantap.
“Iy—a ....” Haknyeon menjawab dengan terbata saat ia melihat Sunwoo, yang tidak bisa lagi menahan tawanya, sedang terbahak keras sambil memegangi perutnya. Dan Haknyeon tahu bahwa ia sudah membuka kedoknya sendiri.
—aratnish'21