PULANG!
Bagian 32 dari “Eternity”
Changmin dan Chanhee menampakkan senyum yang sangat lebar selama acara makan malam mereka. Bagaimana tidak? Haknyeon terlihat begitu menggemaskan saat sedang makan dan sangat terlihat bahwa Sunwoo tergila-gila dengan lelaki di sebelahnya itu.
“Sekarang gue baru percaya sama omongannya Sunwoo,” celetuk Changmin saat mereka berkumpul di ruang keluarga untuk saling mengakrabkan satu sama lain.
“Apaan tuh?” tanya Sunwoo, sementara Haknyeon melihat ke arah Changmin dengan penasaran.
“Haknyeon beneran ngegemesin.” Dilatarbelakangi dengan tawa geli dari Chanhee dan Changmin, serta senyuman sayang dari Sunwoo, Haknyeon bergerak-gerak salah tingkah dengan wajah memerah di tempatnya duduk.
“Iya loh beneran. Abisnya selama ini kita cuma denger ceritanya dari Sunwoo, ‘kan kita juga perlu pembuktian. Iya nggak, Chan?” Chanhee mengangguk-angguk setuju sambil menutupi mulutnya untuk menyembunyikan senyum geli yang masih tercetak di sana karena melihat ekspresi salah tingkah Haknyeon.
“Gue bilang juga apa. Hakkie itu ngegemesin.” Dan kata-kata Sunwoo membantu Haknyeon semakin salah tingkah.
“Kamu nggak usah nambah-nambahin. Diem aja,” gerutu Haknyeon sambil mencubit lengan Sunwoo dengan gemas.
Kalian berdua ngegemesin! pekik Chanhee dan Changmin dalam hati.
“Ngomong-ngomong, makasih ya Hak, udah ngebolehin kita jadi tester. Semua cake lo enak!” kata Chanhee berusaha mencairkan suasana agar Haknyeon tidak terlalu salah tingkah.
“Iya Kak, sama-sama. Gue minta maaf kalo selalu ngerepotin.”
“Ih enggak, lah! Gue malah seneng, mayan sering ada dessert gratis.”
“Apalagi ternyata yang bikin kuenya sengegemesin ini.”
“Eh. Eh. Eh. Nggak boleh tebar pesona, Hakkie punya gue.” Sunwoo menimpali kata-kata Changmin sambil menarik Haknyeon pada pinggangnya supaya duduk semakin dekat dengannya.
“Dih. Siapa yang tebar pesona? Ini tuh gue lagi mengagumi ciptaan Tuhan, tau!” elak Changmin, geli dengan sikap posesif Sunwoo yang membuat wajah Haknyeon bersemu merah.
“Haknyeon kenapa sih mau sama Sunwoo yang gloomy gini?” tanya Chanhee penasaran. Haknyeon menatap Sunwoo dengan sayang.
“Soalnya udah terlanjur sayang sama Sunu, Kak.”
“Aduuuh buciiin!” goda Chanhee sambil tertawa. “Tapi Sunwoo juga bucin sih.”
Mereka pun mengobrol santai selama beberapa saat dengan beberapa gelas red wine untuk meredakan ketegangan yang ada. Haknyeon kini telah rileks dan tidak malu-malu lagi untuk menyandarkan tubuhnya kepada Sunwoo yang memeluknya dengan senang hati.
“Gue mau nanya, boleh nggak?”
“Tanya aja.” Chanhee mempersilakan Haknyeon.
“Emm … kemaren Sunu udah sempet cerita tentang atua.” Chanhee dan Changmin langsung memasang sikap waspada. “Eh! Enggak! Gue bukannya mau ngincer kalian. Seriusan! Gue belom pernah denger tentang atua sebelom Sunu cerita.” Sunwoo mengusap punggung Haknyeon untuk menenangkan kekasihnya yang mulai panik.
“Iya, Hak … Sunwoo juga udah cerita kemaren. Sorry ya, tapi emang topiknya agak sensitif dan gue biasa untuk defense duluan. Rasanya masih agak aneh aja untuk ngomongin tentang atua sama tahuti—ah—sama manusia,” ucap Chanhee yang mendapat anggukan persetujuan dari Changmin.
“Jadi … mau nanya apa?” tanya Changmin saat Haknyeon hanya terdiam.
“Atua 'kan hidup berdampingan sama manusia, selama berabad-abad, pula. Apa nggak ada manusia yang curiga ngeliat kalian nggak makin tua?” tanya Haknyeon penasaran. Chanhee dan Changmin secara terang-terangan menjadi rileks saat mendengar pertanyaan itu. Senyum kecil bahkan terukir di bibir keduanya.
“Ada yang namanya mantra pengubah penampilan dan pemodifikasi ingatan. Tapi kita biasanya sih pake pengubah penampilan, soalnya kasian kalo ingatan manusia sering dimodifikasi.” Changmin menjelaskan.
“Boleh liat, nggak?” tanya Haknyeon malu-malu.
“Liat Sunwoo aja, ya? Dia kalo udah tua jadi makin cakep, lho,” goda Chanhee. Sunwoo tersenyum sambil menggelengkan kepalanya saat mendengar godaan dari Chanhee.
“Iya?” tanya Haknyeon dengan mata berbinar-binar. Sunwoo tertawa kecil.
“Nggak tau. Katanya sih gitu.”
“Mana? Mana? Mana? Mau liaaat!” seru Haknyeon penuh semangat.
“Kamu mabok, ya?” tuduh Sunwoo geli.
“Mana ada red wine bikin aku mabok?” gerutu Haknyeon sambil memajukan bibirnya. “Ayo cepetan, Nu … mau liaaat!”
Merapal mantra dalam hati, Sunwoo mengubah penampilannya menjadi lima belas tahun lebih tua dari usianya saat itu.
“Waaah … iyaaa … ganteng banget,” bisik Haknyeon dengan mata berbinar, membuat wajah Sunwoo bersemu merah dan Chanhee serta Changmin terkekeh geli melihat wajah atua yang paling senior itu.
Haknyeon mendekatkan bibirnya ke telinga Sunwoo dan berbisik dengan sensual. “You stuck with me forever, Mr. Kim. Blame your handsomeness.”
Shit! Jangan di sini, Hakkie. Jangan di depan Kak Chanhee dan Kak Changmin. Kamu mau bisik-bisik kayak gimana juga, mereka tetep bisa denger, ratap Sunwoo dalam hati. Benar saja, kedua teman serumahnya itu kini sudah hampir kehabisan napas karena menahan tawa.
“Jadi atua kayaknya seru banget, ya? Banyak mantra yang bisa dipelajarin, banyak trik. Kayak pesulap.” Ketiga atua yang ada di ruangan itu tertawa geli saat mendengar pernyataan Haknyeon.
“Gue juga pengen jadi atua, deh.” Tawa ketiganya langsung berhenti saat mendengarnya.
“Hakkie?”
“Kayaknya seru ‘kan Nu, bisa bareng-bareng selamanya? Ngejaga satu sama lain untuk waktu yang nggak terbatas.”
“Hak ….” Chanhee dan Changmin saling berpandangan dengan khawatir saat mereka rasa aura di ruangan itu mulai berubah.
“Jadi atua itu syaratnya apa sih, Nu? Harus meninggal dulu, ya? Kalo nggak harus meninggal dulu bisa nggak sih?”
“Haknyeon, kayaknya mending kita ganti topik, deh. Nggak baik bercanda soal beginian,” usul Changmin berusaha mengalihkan pembicaraan, karena energi tidak enak sudah menguar dari Sunwoo.
“Gue nggak bercanda sih, Kak. Beneran kepengen jadi atua biar bisa bareng-bareng sama Sunu sampe laaamaaa. Sama kakak-kakak juga. Ngebayangin bisa bikin cake sampe waktu yang nggak ada batasnya sambil ngalamin sendiri perkembangan dunia kuliner itu kayaknya sesuatu yang menarik banget.”
“Stop, Hakkie. Itu nggak lucu,” cetus Sunwoo dengan suara rendah.
“Kamu nggak mau bareng-bareng aku selamanya, Nu?” gerutu Haknyeon.
“Hakkie, please.”
“Meninggalnya harus gimana, Kak? Terus berapa lama sampe kita berubah jadi atua?” Haknyeon mengalihkan perhatian ke arah Chanhee dan Changmin.
“Ju Haknyeon. Pulang,” tegas Sunwoo. Haknyeon memalingkan wajahnya ke arah Sunwoo dengan terkejut.
“Kamu ngusir aku?!”
“Kalo kamu nggak berhenti bercanda kamu pengen jadi atua, mendingan kamu pulang.”
“Aku nggak bercanda, Sunu! Aku beneran pengen jadi atua! Aku pengen nemenin kamu!”
“CUKUP! PULANG!”
Teriakan Sunwoo itu diiringi dengan pecahnya seluruh kaca jendela yang ada di rumah itu. Haknyeon memekik sambil menutup kedua telinganya, sementara Chanhee dan Changmin refleks melindungi Haknyeon dari pecahan kaca yang berterbangan.
“Sunwoo! Kontrol!” sergah Chanhee.
“Suruh dia pulang, Kak Chanhee! Suruh dia pergi! Gue nggak mau liat dia!” pinta Sunwoo sambil beranjak menuju tangga yang mengarah ke kamarnya di lantai dua.
“Kamu nggak bisa seenaknya ngusir aku gitu, Sunu!”
“Aku bisa! Aku yang punya rumah! Pulang kamu sekarang!”
“Kim Sunwoo!”
“PULANG, JU HAKNYEON!” Teriakan Sunwoo menggelegar di rumah itu.
“Min, anterin Haknyeon pulang. Ini udah malem dan dia nggak sepenuhnya sadar,” perintah Chanhee kepada Changmin yang langsung membimbing Haknyeon untuk berjalan melewati semua pecahan kaca dengan hati-hati.
“Gue nggak mau pulang, Kak! Gue mau ngomong sama Sunu! Dia nggak bisa seenaknya gitu ke gue!” amuk Haknyeon.
“Haknyeon, seperti yang gue bilang, topik atua ini cukup sensitif kalo dibahas sama manusia. Sunwoo kalo lagi marah susah diajak ngomong, jadi mending lo pulang aja dulu, ya? Biar gue yang ngomong pelan-pelan sama dia. Gue tau maksud lo apa dan kayaknya gue juga tau kenapa Sunwoo marah kayak tadi. Jadi, mending kalian berdua cooling down dulu, ya?” Chanhee mencoba menenangkan Haknyeon yang wajahnya sudah memerah karena marah.
“Gue masih marah sama Sunu!”
“Iya, nggak apa-apa. Gue ngerti. Lo pulang aja dulu, ya. Nanti kalo Sunwoo udah tenang, gue suruh dia ngobrol baik-baik sama lo.”
Haknyeon tidak menjawab, tapi wajahnya tetap mencerminkan bahwa ia tidak terima dengan perlakuan Sunwoo.
“Yuk, Hak. Gue anterin lo pulang.” Changmin menarik pelan lengan Haknyeon yang akhirnya menghela napas dan mengikutinya ke arah pintu depan.
“Sorry, Kak. Gara-gara gue, acara kenalan kita jadi berantakan.”
“Nggak apa-apa, Haknyeon. Kita bisa ketemu dan ngobrol-ngobrol lagi lain kali.”
Mengangguk sebagai tanda ia pamit, Haknyeon pun melangkah keluar dari pintu yang dibukakan oleh Changmin.
Chanhee melihat ke sekeliling rumah yang berantakan dan menghela napas lelah.
“Haaah~ Sunwoo must pay me high for this,” keluhnya saat bel rumah itu berbunyi, menandakan ada tetangga yang datang ke rumah mereka.
©️aratnish'22