review

Bagian 10 dari “Eternity”

“Gimana? Enak?” tanya Sunwoo sambil menatap Chanhee dan Changmin penuh harap dengan mata bobanya pagi itu. Ponselnya berada dalam genggaman, siap untuk digunakan sewaktu-waktu.

“Kak Chanhee! Ini salted caramel cake-nya ada, tapi katanya belom officially dijual di tokonya, jadi kita harus jadi tester.”

Tanpa kalimat sapaan apapun, Sunwoo mengumumkan kehadirannnya di rumah itu dengan membawa kabar soal salted caramel cake kepada Chanhee dan Changmin yang sedang mempersiapkan sarapan di ruang makan.

Memburu-buru kedua teman serumahnya untuk menyelesaikan sarapan agar bisa segera mencoba cake yang dibawanya, kini Sunwoo menuntut supaya mereka segera memberikan penilaian.

Setelah hanya suapan pertama.

“Enak,” jawab Chanhee dan Changmin singkat bersamaan.

“Enaknya gimana? Rasanya? Teksturnya? Tampilannya? Detailnya?” cecar Sunwoo sambil bersiap menyalakan ponsel di tangannya.

“Menurut lo gimana?” Chanhee balik bertanya, penasaran dengan reaksi yang akan diberikan oleh Sunwoo.

“Enak. Semuanya enak.” Atua itu menjawab dengan malu-malu.

Oke. Ini semakin menarik, pikir mereka berdua.

“Cepetan ih ini gimana review-nya? Gue harus ngasih tau Haknyeon.”

Oh? Haknyeon? Kedua atua di depan Sunwoo menaikkan alis mereka.

“Haknyeon itu yang punya toko kue itu, ngomong-ngomong. Katanya kalo cake-nya berhasil, dia mau masukin ke menu. 'Kan jadinya lo bisa sering beli juga, Kak. Gue tuh nggak enak kalo keseringan dikasih sama dia,” cerocos Sunwoo.

“Oh.”

Jujur, Chanhee dan Changmin tidak terbiasa dengan Sunwoo yang semangatnya berkobar-kobar dan chatty seperti saat itu.

“Kok malah bengong, sih? Ini masih pada belom melek seratus persen semua atau gimana, deh?” protes Sunwoo.

Kalo udah gini, sifat anak paling mudanya keluar deh. Lucu banget, kekeh Changmin dalam hati.

“Iya. Iya. Nih gue kasih review-nya.” Menjadi yang lebih dulu pulih dari rasa bingungnya, Changmin akhirnya menawarkan diri untuk menjadi yang pertama memberikan penilaian. Walaupun sebenarnya, menurut Changmin, penilaiannya sudah selesai dengan kata 'enak' yang ia ucapkan pertama kali, namun karena Sunwoo meminta penilaian dalam bentuk esai, maka Changmin akan mencoba untuk memberikannya.

Dengan wajah berbinar, Sunwoo segera menyalakan layar ponselnya dan membuka aplikasi pesan teks. Setelah membuka ruang percakapan yang paling atas, atua tersebut memandang Changmin dengan ekspresi serius.

“Oke. Gue siap.”

Menyembunyikan senyum dan tawa gelinya, Changmin pun memberikan penilaiannya dengan ekspresi yang—diusahakan—sama seriusnya. Tidak lama kemudian, Changmin selesai memberikan penilaiannya, membuat Sunwoo segera mengalihkan perhatiannya kepada Chanhee, yang kini terlihat sudah lebih bisa menguasai dirinya.

“Kalo review lo gimana, Kak?” tanya Sunwoo penuh harap, karena ia tahu cake tersebut pada awalnya memang dipesan oleh Chanhee.

“Hmm … tapi review gue nggak semuanya bagus kayak Changmin, nggak apa-apa?” tanya Chanhee ragu-ragu.

Sunwoo menggeleng. “Nggak apa-apa, Kak. Haknyeon bilangnya review-nya harus sejujur mungkin.”

Lagi-lagi Chanhee dan Changmin menaikkan sebelah alis mereka saat mendengar nama Haknyeon telah disebutkan dua kali dalam kurun waktu kurang dari tiga puluh menit pagi itu.

Sunwoo tidak pernah menyebutkan nama orang lain selain Moonie dan Angello—anahera lainnya—selama mereka mengenalnya.

Haknyeon ini pasti istimewa banget. Begitu pikir mereka saat itu.

“Oke. Kalo gitu, siap-siap catet yang bener, ya! Jangan sampe salah titik komanya.” Sunwoo terkekeh geli.

“Siap, Kak!”

Dan Chanhee pun mengungkapkan penilaiannya, dengan diselingi beberapa kali protesan dari Sunwoo karena Chanhee bicara terlalu cepat.

“Udah?” tanya Sunwoo yang dijawab dengan anggukan dari Chanhee. “Oke. Thank you, Kak.”

Sambil sesekali bersiul riang, Sunwoo kembali menikmati potongan salted caramel cake miliknya, tidak sadar bahwa Chanhee dan Changmin saling melirik dengan geli. Namun, kegirangan Sunwoo itu tidak berlangsung lama, karena setelah ia melirik ponselnya untuk sekitar kesepuluh kalinya dalam lima menit terakhir, wajahnya pun mulai tertekuk.

“Kenapa, Sun?” tanya Chanhee penasaran.

Chat gue belom dibaca sama Haknyeon,” sahut Sunwoo sambil memonyongkan bibirnya.

“Lagi sibuk bikin cake, kali?” usul Changmin berusaha menenangkan yang paling muda umur manusianya itu.

“Iya kali, ya? Kak Changmin mau dibantuin beres-beres mejanya? Kak Chanhee hari ini libur?”

“Enggak. Gue bisa sendiri.”

“Enggak. Besok gue cutinya, ini bentar lagi mau berangkat. Ngabisin cake dulu.”

“Kalo gitu gue tidur, ya?”

“Iya. Sana tidur,” jawab Chanhee dan Changmin bersamaan.

“Kak Chanhee hati-hati perginya.”

“Iya. Makasih, Sun. Selamat tidur.”

“Kapan-kapan kita kepoin yang namanya Haknyeon ini, yuk!” ajak Changmin semangat sambil berbisik, takut kalau-kalau Sunwoo masih belum cukup jauh dari ruang makan.

“Yuk!”


©️aratnish'22