Tangan Besar

Bagian 10 dari “Ghost Story”

“Terus? Jadinya gimana sama kerjaan lo? Since lo masih kerja di sana, berarti lo nggak dipecat gara-gara kabur, ‘kan?” tanya Henry.

“Gue telpon atasan gue, minta dikirim lagi kerjaannya ke email pribadi, karena dari rumah gue nggak bisa buka email kantor. Gue bilang gue tiba-tiba nggak enak badan, jadi prefer ngerjain di rumah aja. Terus atasan gue bilang kalo ternyata kerjaannya buat besok sorenya, nggak jadi buat pagi-pagi, jadi gue nggak harus lembur.”

“Dia tuh gitu deh. Kalo emang buat sore, kenapa harus nunggu lo ngontak dia dulu? Kenapa nggak langsung infoin perubahan jamnya?” gerutu Sandi.

“Lo tau sendiri lah si nenek lampir itu gimana.”

“Jodi nggak punya pengalaman mistis?” tanya Yeremia kepada teman mereka yang paling tenang itu.

“Hmm … ada sih, tapi nggak serem kayak punya kalian.”

“Nggak apa-apaaa cerita aja.” Hanggara menyemangati.

“Kapan kejadiannya?”

“Uh … waktu aku baru putus sama Mara?” Jodi menjawab pertanyaan Saka dengan malu-malu.

“Aaah … waktu kamu jadi pertapa dan ngejauh dari kita semua, ya?” goda Elang yang membuat wajah Jodi semakin memerah.


Bukan hanya menjauh dari teman-temannya, Jodi juga menjauh dari keluarga dan Tuhan. Jodi bukannya tidak tahu bahwa Mara hanya mempermainkannya dan memanfaatkan status Jodi sebagai anak dari CEO tempat mereka bekerja. Teman-teman dan kedua orang tua Jodi sudah sering memperingatinya, namun Jodi tetap bersikukuh bahwa Mara tulus padanya, bahwa perempuan itu tidak seperti yang orang-orang sangkakan.

Tapi Jodi salah. Mara memang seburuk yang orang-orang bicarakan. Bahkan Jodi memergoki sendiri perempuan itu berselingkuh dengan beberapa laki-laki lain. Bukan hanya satu, tapi beberapa.

Saat itu lah Jodi mulai menarik diri dari teman-teman dan keluarganya, karena ia malu akan penilaiannya yang terlalu naif. Ia juga menarik diri dari Tuhan, karena ia marah kenapa ia harus mengalami kejadian tidak mengenakkan itu.

* * *
Tibalah saatnya hari Jumat Agung. Jodi pergi ke Gereja bersama dengan keluarganya, setelah hampir satu tahun lamanya ia menjauh. Ada rasa rindu saat ia memasuki Rumah Tuhan, ada rasa malu karena bersembunyi.

Inikah yang mau aku tinggalkan hanya karena hubunganku dengan Mara kandas?

Jodi menunduk saat ia rasa matanya memanas.

Dan saat itulah ia merasakan ada tangan besar yang ditumpangkan di atas kepalanya. Lembut. Hangat. Memaafkan.

Tangis Jodi semakin menjadi dalam diam. Ia tahu bahwa tangan yang menjamahnya bukanlah tangan biasa, itu adalah tangan Tuhan Yesus.[]


©️aratnish’22