Tentang Haeseong
Bagian 22 dari “Eternity”
Pukul sebelas malam lebih sedikit, Sunwoo mendengar kunci apartemen dibuka dari luar.
“Oh? Hai, Sun! Masih di sini?” sapa Eric saat melihat Sunwoo berdiri di depan jendela yang menghadap ke pemandangan kota di waktu malam.
“Iya, nunggu lo pulang.”
Eric mengernyitkan dahinya dengan bingung sambil melepas jaket dan sepatunya di pintu masuk.
“Kok nunggu gue pulang? Kak Juhak mana?”
“Tidur.”
Langkah Eric menuju dapur terhenti saat ia mendengar jawaban Sunwoo, yang kini sedang memakai kemeja hitam di atas kaos you can see—yang juga berwarna hitam—yang digunakannya.
“Tidur? Tumben jam segini Kak Juhak udah tidur?”
“Capek kayaknya.”
“Capek??”
Eric semakin bingung saat mendengar jawaban Sunwoo itu. Seingatnya, Haknyeon mengatakan bahwa hari itu ia akan mencoba resep cake. Resep cake yang seperti apa yang membuat kakak sepupunya itu sudah lelah pada pukul sebelas malam? Sementara saat ia membuat banyak pesanan cake, Haknyeon bisa hanya tidur selama satu atau dua jam tiap malamnya.
Sunwoo tidak menjawab, namun Eric dapat melihat wajah kekasih kakak sepupunya itu bersemu merah dan laki-laki itu menjadi salah tingkah. Eric memicingkan matanya untuk mempelajari sosok itu lebih jelas. Ada binar yang sebelumnya tidak ada di diri lelaki itu. Ada kedamaian dan ketenangan di sana. Ada kepuasan. Dan Eric mengerti.
“Aaah … lo habis tidur sama Kak Juhak, ya?” Eric tertawa keras saat yang ditanya tidak menjawab dengan kalimat, namun dengan wajah yang total memerah. “Berapa ronde? Lo pasti ganas banget, ya? Sampe kakak gue jam segini udah tidur gitu.”
“Gue pamit ke Haknyeon dulu udah gitu pulang, ya,” elak Sunwoo sambil masuk ke kamar Haknyeon. Meninggalkan Eric yang tertawa semakin keras.
“Hakkie …,” panggil Sunwoo pelan sambil mengelus rambut hitam Haknyeon. Yang dipanggil mengernyit dalam tidurnya.
“Sayang …,” panggilnya lagi. Akhirnya kelopak mata itu terangkat.
“Sunu,” respons Haknyeon sambil tersenyum sayang. “Jam berapa sekarang?” tanyanya sambil berusaha bangkit untuk duduk.
“Hampir setengah dua belas malem. Eric udah pulang. Aku juga pamit pulang, ya?”
“Kenapa nggak nginep aja?” tanya Haknyeon manja sambil memajukan bibirnya. Wajah Sunwoo bersemu merah.
“Malu sama Eric. Tadi aja aku nggak bilang apa-apa, tapi dia udah tau kalo kita abis tidur bareng.” Haknyeon terkekeh geli.
“Kalo gitu aku minta dicium. Buat cadangan energi sampe ketemu sama kamu lagi besok,” pinta Haknyeon yang langsung dipenuhi dengan senang hati oleh Sunwoo.
“Nu … maaf, ya …,” cetus Haknyeon pelan saat ia mengistirahatkan kepalanya di dada bidang Sunwoo.
“Maaf kenapa, sayang?”
“Maaf karena kamu bukan yang pertama kali buat aku, padahal aku yang pertama buat kamu.” Sunwoo tertawa kecil mendengarnya.
“Nggak apa, Hakkie. Yang penting aku jadi yang terakhir, ya?” pinta Sunwoo yang langsung dijawab dengan anggukan dan kecupan dari Haknyeon.
“Mana cake-nya?” todong Chanhee saat Sunwoo baru memasuki ruang keluarga rumah mereka.
“Kok Kak Chanhee belom tidur?!” balas Sunwoo terkejut. Bukannya menjawab, Chanhee malah mengendus udara di ruangan itu.
“Kak?” tanya Sunwoo bingung.
“You smells like … sex. Changmiiin!”
Changmin memasuki ruang keluarga sambil membawa semangkuk besar popcorn.
“Apaan— Ugh! This room smells like sex! Oh! Hai, Sunwoo!” Changmin mengangkat sebelah alisnya. “Tuh ‘kan, kata gue juga … kalo cuma berdua, pasti yang ketiganya itu setan,” kekeh Changmin geli sambil mendekati Chanhee dan Sunwoo.
Sunwoo merutuk dalam hati. Lupa bahwa mereka semua atua yang memiliki pancaindra yang lebih peka dibanding dengan manusia pada umumnya. Bagaimana ia bisa lupa? Padahal jika Chanhee dan Changmin melakukan kegiatan intim di rumah, ia selalu pergi keluar karena aroma sex yang begitu menyengat.
“Jadi … mana cake-nya?” tagih Chanhee walaupun dengan nada geli.
“Nggak ada. Nggak jadi bikin.” Sunwoo menjawab dengan bersungut-sungut—karena malu—sambil duduk di salah satu sofa yang ada di ruangan itu. Chanhee dan Changmin meresponsnya dengan tawa geli.
“Nggak usah malu, lo udah bukan anak kecil lagi,” ujar Changmin menenangkan.
“Tapi baru sekali ini …,” ucap Sunwoo pelan.
“Apa? Having sex?”
“That … and madly in love with someone.” Sunwoo menjawab Chanhee. Kedua teman serumahnya itu saling berpandangan sambil tersenyum senang.
“We’re both happy for you, Sun.”
“Dan … mm … Haknyeon itu … Haeseong,” papar Sunwoo pelan.
“Haeseong? Siapa itu Haeseong?” tanya Changmin bingung.
“Seseorang di masa lalu gue.”
“OH!” seru Changhee dan Changmin bersamaan dengan tertarik.
“Gimana lo bisa tau?”
Untuk menjawab pertanyaan Changmin, Sunwoo pun menceritakan soal tanda lahir dan tattoo yang dimiliki oleh Haknyeon … dan Haeseong.
“Okay. That’s interesting. Lalu … Haeseong ini siapa?” tanya Chanhee penasaran.
“Haeseong itu anak majikan gue dulu. Satu-satunya orang di rumah itu yang baik sama para budak, tapi terlebih lagi, dia paling baik sama gue dan itu udah jadi omongan di antara budak-budak yang lain. Untungnya, mereka nggak keberatan kalo Haeseong paling baik sama gue, soalnya apa yang gue dapet, pasti mereka dapet juga. Mereka cuma nggak dapet jatah ngobrol malem-malem atau jalan-jalan malem sama Haeseong.” Sunwoo berhenti sejenak.
“Mungkin di antara ngobrol dan jalan-jalan malem itu, gue sadar kalo gue suka lebih dari temen sama dia. Jujur, gue takut banget. Jadi budak aja udah buruk, yang memperburuk keadaan adalah budak ini suka sama anak majikan. Yang paling buruk, budak cowok ini suka sama anak cowok majikannya. Gue juga nggak tau apa Haeseong punya perasaan yang sama, atau cuma nganggep gue temen, atau dia cuma kasian aja sama gue, karena waktu itu gue budak paling muda di sana. Tapi … gue tau perasaan gue, gue sayang sama Haeseong.”
“Makanya waktu itu lo segitu kagetnya waktu ngeliat Haknyeon.” Sunwoo mengangguk sebagai respons atas pernyataan Chanhee.
“Sekarang, gimana perasaan lo waktu tau Haknyeon adalah reinkarnasi dari Haeseong?”
“Makin sayang. Like I’ve said before, I’m madly in love. Tapi ….”
“Tapi apa, Sun?” Chanhee memancing saat Sunwoo tidak melanjutkan kata-katanya.
“Tapi … gimana kalo dia tau gue itu atua?”
“Lo mau bilang ke Haknyeon kalo lo itu atua?!” pekik Changmin terkejut. Chanhee tidak mampu berkata apapun saking terkejutnya.
Satu peraturan tidak tertulis saat para atua hidup berdampingan dengan para tahuti adalah jangan sampai mereka membeberkan identitas asli mereka sebagai atua kepada para tahuti. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisir mereka memberikan identitas kepada tahuti yang salah—dengan kata lain, rapunga.
“Haknyeon bukan rapunga!”
“Haknyeon mungkin bukan rapunga, tapi kita nggak tau apa ada relasinya dia yang rapunga. Lo tau sendiri ‘kan kalo takdir kadang sebercanda itu?” Changmin berusaha menyentuh logika Sunwoo. Sunwoo memberengut, tanda ia tidak setuju dengan kata-kata Changmin.
“Sun … lo selalu ngingetin kita berdua tentang hal ini kapanpun gue sama Changmin punya hubungan sama tahuti. Jangan langgar ini sekarang. Bukan buat lo aja, tapi buat gue sama Changmin juga. Tolong, Sun … gue tau lo kuat, lo bisa ngelawan rapunga apapun yang ada, tapi … gue sama Changmin beda sama lo. Kita berdua nggak sekuat lo. Tolong … tolong pikirin itu juga.”
“Maaf … gue nggak mikir sampe situ. Maaf … gue egois.” Sunwoo berkata pelan setelah sempat terdiam sesaat.
“Nggak apa-apa, ini pertama kali lo punya hubungan sama tahuti—dan bukan sembarang tahuti. Gue sama Chanhee bisa paham. Waktu awal gue sama Chanhee punya hubungan sama tahuti, lo yang ngingetin kita, sekarang giliran kita yang ngingetin lo. Kita saling ngingetin dan ngejaga, ya?” Changmin memeluk Sunwoo dari sisi kanan. Chanhee mengikuti dari sisi kirinya.
“Makasih.”
“You don’t need to. That’s what families are for, right?” balas Chanhee sambil mengacak-acak rambut hitam Sunwoo. “Tapi sebelom itu … mandi sana! Bau lo menyengat banget, gue jadi pengen HS. Min, HS, yuk!”
“HS sana sama guling! Gue mau nonton! Sunwoo, cepet mandi sebelom gue diserang sama Chanhee!”
Tertawa, Sunwoo berdiri dan berjalan menuju kamarnya untuk mandi. Sejenak mengesampingkan keinginannya untuk membuka identitasnya sebagai atua kepada Haknyeon.
Kak Chanhee bener. Hanya karena Haknyeon reinkarnasi dari Haeseong, bukan berarti dia nggak punya hubungan apa-apa sama rapunga.
©️aratnish'22