v. epilog

Bagian akhir dari “Standard bf vs True bf”

Dering telepon dan caller ID yang muncul di layar ponselnya membuat Chanhee tersenyum geli, seketika mengalihkan perhatiannya dari komentar-komentar yang diberikan netizen pada utas Twitternya.

“Iya deh ... gue emang cuma kekasih standar.” Chanhee tertawa geli saat mendengar gerutuan laki-laki yang lebih muda dua tahun darinya itu.

“Dih. Baper banget, sih? Dibandingin sama Pak Calon Suami ya jelaslah lo cuma kekasih standar.” Kali ini ia dengar suara tawa dari Sunwoo, mantan pacar sekaligus calon adik iparnya.

“Ngomong-ngomong, Bang Sangyeon nggak apa-apa tuh lo posting gituan?”

It’s okay, tadi gue udah minta izin, kok.”

“Kenapa lo nggak minta izin ke gue, dah? Kalo Hakkie baca, gimana?” Chanhee seketika terduduk tegak.

Sial! Bener juga!

“Eh iya! Aduh. Gimana dong, Nu? Gue nggak kepikiran sampe situ! Haknyeon marah, ya? Biar gue yang ngejelasin, Nu.” Sunwoo tertawa.

“Lo nggak denger ada suara ketawa kenceng banget?” tanyanya geli. Mereka berdua terdiam untuk mendengarkan dan Chanhee dapat mendengarnya. Suara tawa Haknyeon di kejauhan. Perlahan ia mengembuskan napas lega.

“Gue nggak  tau dia udah baca thread lo berapa kali, gue malah curiga thread lo dibookmark sama dia,” ujar Sunwoo geli. “Dia seneng banget kayaknya gue dapet julukan kekasih standar.”


Sunwoo adalah adik dari Sangyeon, tunangan yang satu minggu lagi statusnya berubah menjadi suami Chanhee. Chanhee sudah menyukai Sangyeon sejak kuliah, namun pria itu sama sekali buta akan setiap kode yang diberikan oleh Chanhee, bahkan ia dengan polosnya meminta tolong kepada Chanhee untuk mendekatkannya kepada sahabatnya, Changmin. Walaupun sakit, namun Chanhee melakukannya hanya supaya ia memiliki akses untuk berkomunikasi dengan Sangyeon. Changmin, yang mengetahui perasaan Chanhee pada Sangyeon langsung menolak Sangyeon mentah-mentah (walaupun sesungguhnya ia pun agak menaruh hati pada Sangyeon).

Putus asa, Chanhee pun banyak bercerita kepada Sunwoo yang juga merupakan teman satu jurusannya di kampus. Sunwoo banyak membantunya melewati masa-masa bertepuk sebelah tangan itu, karena sejujurnya saat itu pun ia sedang patah hati.

Sunwoo menyukai sahabatnya sedari kecil, Haknyeon, namun sepertinya Haknyeon tidak menganggapnya lebih dari sekadar sahabat. Sunwoo juga tidak berani mengambil risiko untuk mencoba membawa hubungan mereka ke stage yang lebih tinggi, karena ia takut merusak persahabatan yang ada.

Dan di sanalah mereka berdua, masing-masing dengan cinta mereka yang bertepuk sebelah tangan, sampai Sunwoo mengusulkan, “Kita pacaran aja lah yuk, Kak. Kali aja kita sebenernya jodoh satu sama lain, makanya kita nggak dideketin ke gebetan masing-masing.”

Salahkan rasa putus asa Chanhee, karena ia berpikir bahwa perkataan Sunwoo ada benarnya dan menyetujui usulan yang lebih muda.

Tapi takdir memang kadang sebercanda itu, karena justru dengan pacarannya mereka, jalan kedekatan dengan gebetan masing-masing malah terbuka, membuat mereka semakin dekat dengan orang yang sesungguhnya mereka inginkan.


“Looking back at our old texts, gue bener-bener ngerasa kalo gue waktu itu nggak banyak berusaha ngelakuin yang terbaik buat lo, Kak. Maaf ya, gue banyak nyusahin waktu itu.” Suara Sunwoo menyadarkan Chanhee dari lamunannya.

“Nggak lah, Nu. Kita memang memulai semuanya dengan niatan yang ambigu juga. Gue juga banyak salah ke lo waktu itu. Nggak sedikit gue ngebandingin lo sama Mas Sangyeon, gue cukup ngebebanin lo sama ekspektasi-ekspektasi gue.”

“Iya, maaf ya gue standar banget,” gurau Sunwoo yang lagi-lagi membuat Chanhee tertawa.

“Standar buat gue, tapi sejati buat Haknyeon.” Chanhee tertawa semakin keras saat ia dengar Sunwoo menggumamkan gerutuan yang tidak dapat ia dengar dengan jelas, tanda bahwa calon adik iparnya itu sedang malu.

Bunyi kunci pintu apartemen yang dibuka mengalihkan perhatian Chanhee.

“Kayaknya Mas Sangyeon udah dateng deh, Nu. Gue tutup dulu ya telponnya.”

“Oh! Oke, oke. Happy birthday ya, Kak. Dari gue sama Hakkie. Kadonya nyusul besok kata Hakkie, tadi dia banyak orderan, jadi belom sempet ngebikinin lo kue.”

“Ih nggak apa padahal, bilangin Haknyeon, jangan repot-repot!”

“I’m insist!” teriak Haknyeon di latar belakang saat Sunwoo menyampaikan kata-katanya.

“Tuh, lo denger sendiri.” Chanhee tertawa.

“Iyaaa makasih ya, Haknyeon.”

Setelah bertukar beberapa kalimat lagi, Chanhee memutuskan hubungan dan meletakkan ponselnya di meja.

“Telponan sama siapa, sih? Kayaknya seru banget,” tanya Sangyeon setelah mengucapkan selamat ulang tahun dan memberikan kecupan hangat di dahi Chanhee.

“Sama Sunwoo dan Haknyeon. Gara-gara thread aku di Twitter itu.”

Sangyeon tertawa. “Masih aja ya soal Twitter?”

Chanhee mengangguk. “Kinda brings back the old memories.”

“Yang bagus-bagus atau yang jelek-jelek?”

“Dua-duanya.”

“Hmm.”

“Kenapa?”

“Yang tentang Sunwoo nggak usah diinget-inget lagi. Mas cemburu.”

“Iiih ... Mas lucu bangeeet.” Gelak Chanhee sambil menghambur ke pelukan Sangyeon yang menerimanya dengan tangan terbuka dan senyum sayang.


©aratnish’22